Curah hujan tinggi, petani keramba jaring apung diingatkan tak beri ikan pakan

id Keramba Jaring Apung,Danau Maninjau,Kematian Ikan Massal

Curah hujan tinggi, petani keramba jaring apung diingatkan tak beri ikan pakan

Salah seorang pembudidaya ikan keramba jaring apung di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, melihat tumpukan bangkai ikan mati di keramba, Senin (4/12). (Antara Sumbar/Yusrizal)

Lubukbasung, (Antaranews Sumbar) - Petani keramba jaringan apung Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, diingatkan agar tidak memberikan pakan ikan mengingat mulai tingginya curah hujan disertai angin kencang di daerah itu.

"Jangan berikan pakan ikan pada September sampai Desember, karena pada bulan itu curah hujan sangat tinggi disertai angin kencang yang beresiko terhadap kematian ikan karena oksigen di danau berkurang," kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto di Lubukbasung, Selasa.

Ia meminta petani agar membiarkan ikan besar secara alami dengan memakan sisa pakan ikan dan plankton yang ada di danau vulkanik tersebut.

Dengan cara itu, dapat meminimalisasi kematian ikan secara massal akibat sisa pakan yang mengendap di dasar danau akan naik ke permukaan sehingga oksigen akan berkurang.

"Ini yang sering terjadi di danau tersebut, sehingga ikan milik petani mati secara mendadak," tegasnya.

Ia menambahkan, imbauan itu telah disampaikan kepada seluruh pemilik keramba jaring apung melalui wali jorong, wali nagari dan lainnya.

Saat ini sekitar 8.500 dari 17.000 unit keramba jaring apung yang masih aktif melakukan aktivitas.

Sementara 8.500 unit lainnya tidak dikelola oleh petani karena kondisi air danau tercemar berat akibat sisa pakan ikan, limbah rumah tangga dan limbah lainnya.

"Sekitar 50 persen keramba jaring apung yang tidak beroperasi akibat kondisi air danau tercemar," katanya.

Sebelumnya, Kasubsi Uji Tetap Unit Pelaksana Teknis Loka Alih Teknologi Penyehatan Danau LIPI, Tri Suryono, menambahkan, pihaknya mengadakan program prioritas nasional dalam upaya penyelamatan kualitas air di Danau Maninjau pada 2018.

"Program itu dipusatkan di Nagari Sungai Batang dan program tersebut sudah jalan semenjak beberapa bulan lalu," katanya

Program prioritas nasional itu berupa teknologi aquaponik dengan memanfaatkan tanaman yang bisa menyerap unsur hara di dasar danau vulkanik itu.

Lalu teknologi lahan basah terapung dengan menanam melati air untuk mengurangi nutrien di dalam air.

Selain itu teknologi habitat buatan sesuai kondisi alam, teknologi rumpon untuk menyediakan areal pemijahan ikan dan lainnya.

"Program yang kita lakukan itu untuk meningkatkan oksigen di dalam air danau tersebut," katanya. (*)