Jakarta, (Antaranews Sumbar) - Kurs Rupiah akhirnya melemah ke level psikologis baru di Rp15.000 per dolar AS pada Selasa, namun pelemahan diperkirakan tidak akan berlangsung lama asalkan upaya perbaikan defisit transaksi berjalan dapat terlihat dan memberikan sentimen positif ke pasar.
Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede saat dihubungi di Jakarta, Selasa, mengatakan tekanan terhadap Rupiah Selasa ini didominasi dari tekanan ekonomi global, yakni memanasnya perang dagang AS-China dan meningkatnya harga minyak mentah dunia.
Harga minyak dunia yang sedang dalam tren menanjak, menjadi sentimen negatif bagi negara-negara net importir minyak seperti Indonesia karena berpotensi memperbesar defisit transaksi berjalan.
Hingga kuartal II 2018, defisit transaksi berjalan Indonesia sudah mencapai tiga persen dari Produk Domestik Bruto.
"Namun pelemahan Rupiah yang menembus Rp15.000 per dolar AS ini bersifat sementara karena beberapa kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah sudah dikeluarkan dalam menekan defisit transaksi berjalan," kata Josua.
Nilai tukar rupiah yang sudah terperosok ke Rp15.000 merupakan tingkatan terlemah sejak beberapa tahun terakhir. Nilai mata uang Garuda belum mampu menguat meskipun dalam beberapa waktu terakhir, Bank Indonesia sudah "jor-joran" menahan gempuran ekonomi global, di antaranya, menaikkan suku bunga acuan hingga sebanyak lima kali menjadi 5,75 persen, serta menerapkan transaksi valuta asing (valas) berjangka domestik atau Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).
Josua mengatakan pasar kini menanti hasil nyata dari upaya perbaikan defisit transaksi berjalan. Misalnya, hasil dari penerapan penggunaan biofuel dan 20 persen minyak sawit mentah (b20) yang bisa memangkas impor, kemudia kenaikan bea impor seperti tercantum dalam Pasal 22 Pajak Penghasilan, dan juga upaya mendongkrak devisa dari pariwisata.
Peluang untuk menahan pelemahan rupiah juga datang dari penerapan transaksi valuta asing (valas) berjangka domestik atau Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) oleh Bank Indonesia.
Transaksi DNDF adalah transaksi derivatif valuta asing (valas) terhadap rupiah yang standar (plain vanilla) berupa transaksi forward (berjangka) dengan mekanisme fixing yang dilakukan di pasar domestik. Dengan adanya DNDF, diharapkan transaksi pasar valas akan lebih dalam dan frekuensi lindung nilai (hedging) akan bertambah.
"Diharapkan dapat menahan pelemahan rupiah lebih lanjut lagi," ujar Josua. (*)
Berita Terkait
Kementerian Keuangan pastikan defisit APBN tetap terjaga dalam sasaran
Jumat, 26 April 2024 18:43 Wib
Pemkab Agam proyeksi APBD 2024 defisit capai Rp284,1 miliar
Sabtu, 30 September 2023 10:57 Wib
Wakil Ketua DPRD sebut defisit murni Rp638 miliar KUA PPAS
Selasa, 12 September 2023 16:10 Wib
Pemprov Sumbar atasi defisit APBD-P 2023 Rp350 miliar
Rabu, 23 Agustus 2023 18:49 Wib
Rancangan KUA PPAS Agam 2024 defisit Rp286,77 miliar
Selasa, 18 Juli 2023 16:00 Wib
Rancangan KUA PPAS Agam defisit Rp286,77 miliar
Senin, 17 Juli 2023 18:53 Wib
Realisasi APBN 2022 Defisit 2,38 Persen Dari PDB
Rabu, 4 Januari 2023 10:05 Wib
Sumbar alami defisit anggaran Rp330 miliar di APBD 2023
Sabtu, 26 November 2022 18:49 Wib