Piala Uber 2024 singkap aset besar bulu tangkis putri kita

id Piala Thomas Uber,Tim Uber Indonesia,Ester Wardoyo,Komang Dewi

Piala Uber 2024 singkap aset besar bulu tangkis putri kita

Pebulu tangkis ganda putri Indonesia Ribka Sugiarto (kanan) dan Siti Fadia Silva Ramadhanti (kiri) saat melawan pebulu tangkis China Chen Qing Chen dan Jia Yi Fian dalam final Piala Uber 2024 di Chengdu Hi Tech Zone Sports Center Gymnasium, Chengdu, China, Minggu (5/5/2024). . ANTARA FOTO/Galih Pradipta/foc (ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA)

Jakarta (ANTARA) - Bertarung melawan empat tim yang mencapai semifinal Piala Uber dua tahun lalu, dalam kurun waktu lima hari, memang berat bagi tim yang tak difavoritkan mencapai final, apalagi juara, seperti Indonesia.

Sebelum dikalahkan China dalam final yang diadakan Minggu pagi tadi di Hi-Tech Zone Sports Centre Gymnasium, Chengdu, China, tim putri Indonesia mesti terlebih dahulu menjalani rangkaian pertandingan berat.

Pertama, mereka menghadapi Jepang yang adalah semifinalis edisi 2022, dalam pertandingan terakhir fase grup.

Mereka memang kalah 2-3, tapi cara mereka melalui kekalahan itu sungguh elegan tapi juga membuat fisik dan mental mereka terkuras.

Dalam partai itu, tim putri telah bertarung sengit dalam semangat bertempur yang tinggi.

Saat itu, Gregoria Mariska Tanjung, Komang Ayu Cahya Dewi dan ganda putri Lanny Tria Mayasari/Siti Fadia Silva Ramadhanti, mesti bertanding dalam tiga gim.

Gregoria dan Komang masing-masing memenangkan laga mereka, sedangkan Lanny/Siti menyerah kepada lawannya.

Kedua, dalam perempat final dua hari kemudian melawan Thailand yang juga semifinalis 2022, pada 3 Mei.

Walau Gregoria Mariska dan ganda putri Apriyani Rahayu/Siti Fadia bertarung dua gim, mereka harus menggapai kemenangan itu setelah bertarung ketat yang pastinya menguras energi mereka.

Ester Wardoyo menjadi penentu kemenangan Indonesia lewat pertarungan ketat tiga gim melawan Supanida Katethong.

Ester yang masih berusia 18 tahun, mengantarkan Indonesia mencapai semifinal Piala Uber pertama dalam kurun 14 tahun terakhir, guna menghadapi juara bertahan Korea Selatan.

Pada babak semifinal melawan Korea Selatan itu, tim putri Merah Putih secara mengejutkan menang 3-0 untuk mencapai final Piala Uber pertama dalam 16 tahun terakhir.

Antiklimaks

Untuk pertama kali pula sepanjang sejarah keikutsertaan Indonesia dalam Piala Uber, semua poin kemenangan Indonesia disumbangkan oleh tunggal putri, yang rata-rata masih muda belia, termasuk Ester yang masih berusia 18 tahun.

Mariska mengalahkan Sim Yu jin dalam dua gim, Ester menaklukkan Kim Ga Ram dengan tiga gim, sedangkan Komang Dewi melumat Kim Min Sun, juga dalam tiga gim.

Namun, perjalanan mengesankan tim putri Indonesia dalam Piala Uber 2024, mencapai antiklimaks kala bertemu dengan China dalam final.

Untuk ketiga kali setelah final 1998 di Hong Kong dan final 2008 di Jakarta, Indonesia menyerah kepada China. Skornya 3-0, sama dengan kekalahan yang diderita Merah Putih pada 2008.

"Mereka (tim putri Indonesia) mengalami kelelahan mental," kata legenda bulutangkis Inggris, Gillian Clark, yang sejak puluhan tahun silam setia melaporkan laga-laga bulu tangkis BWF.

Gregoria Mariska yang biasanya bermain taktis dan cermat, sering melakukan kesalahan sendiri, termasuk beberapa kali salah menempatkan bola yang membuat dia terlihat frustrasi yang akhirnya merusak ritme permainannya sendiri.

Partai final Piala Uber pertama juga bisa menjadi tekanan khusus, apalagi dia diturunkan sebagai pembuka yang bisa membuatnya merasa harus memenangkan laga ini, walau dia sebenarnya sukses menjalankan peran ini kecuali dalam final.

Padahal publik Indonesia mungkin sudah sangat senang melihat lagi atlet-atlet putri bulu tangkis bisa berkiprah lebih jauh dalam Piala Uber.

Gregoria yang berperingkat sembilan, sebenarnya memiliki modal untuk mengatasi Chen Yu Fei yang berperingkat dua, karena dia pernah mengalahkan Chen pada Asian Games 2023.

Itu satu-satunya kemenangannya atas Chen dalam lima pertemuan mereka, termasuk Piala Uber 2024.

Pada partai kedua, ganda putri Siti Fadia/Ribka Sugiarto tak bisa mengatasi ganda putri nomor satu dunia, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan.

Namun, pada partai ketiga, atraksi menarik diperlihatkan Ester Wardoyo, yang untuk kesekian kali menjadi tunggal putri kedua Indonesia setelah Gregoria Mariska.

Ester menjanjikan

Pemain kelahiran Jayapura 26 Agustus 2005 dan adik tunggal putra Chico Aura Dwi Wardoyo itu dipuji oleh Gillian Clark sepanjang pertandingan melawan He Bing Jiao.

Legenda bulu tangkis Inggris yang beralih menjadi komentator bulu tangkis sampai dijuluki "voice of Badminton" itu tak menyembunyikan kekagumannya kepada aura kebintangan dan semangat pantang menyerah yang dimiliki Ester Wardoyo.

Clark menilai Ester berpotensi menjadi bintang bulu tangkis dunia masa depan.

Penampilan Ester memang mengagumkan, terutama karena penampilan gigih yang dibekali oleh penguasaan teknik dan pukulan yang sangat baik.

Dia bertarung keras untuk setiap reli yang harus dijalaninya, sehingga He Bing Jiao yang berperingkat enam dunia dan berusia sembilan tahun lebih tua, hampir memaksa China memainkan partai keempat.

Ester merebut gim pertama dalam kedudukan 21-10 berkat permainannya yang dominan dalam hampir semua aspek. Tetapi dia menyerah 15-21 pada gim kedua, dan kemudian 17-21 pada gim ketiga.

Tapi cara dia melalui kekalahan itu sungguh heroik, terlebih untuk seorang pemain muda berusia 18 tahun yang berperingkat jauh di bawah lawannya.

Ester bukan satu-satunya pemain bermental seperti itu, karena masih ada Komang Dewi yang menjadi penentu langkah Indonesia ke final Piala Uber 2024.

Komang juga dikarunia dengan teknik, keterampilan dan visi permainan yang baik, selain juga memiliki semangat bertempur sama tingginya dengan Ester.

Sikap mental bertanding seperti itu membuat setiap angka yang keluar dari pertandingan yang dijalani baik Ester maupun Komang, mesti melalui pertarungan yang keras dan ulet.

Selain mereka, masih ada Ruzana Ruzana yang masih berusia 19 tahun dan Putri Kusuma Wardani yang berperingkat 34 atau lebih tinggi bandingkan dengan Ester (38) dan Komang Dewi (56), tapi absen dalam skuad Piala Uber Indonesia edisi 2024 ini.

Mereka adalah pemain-pemain muda usia yang membuat Indonesia berbesar hati, bukan saja karena mereka berpotensi menjadi bintang-bintang bulu tangkis masa depan, tapi juga kemampuan mereka dalam memulihkan lagi dominasi bulu tangkis putri.

Memang tak berhasil menyempurnakan langkah selama Piala Uber 2024 dengan trofi juara, tapi tim putri Indonesia telah memperlihatkan diri bahwa mereka semakin bagus dan kuat sehingga bisa berhasil dari turnamen ke turnamen di masa depan, termasuk Piala Uber 2026 di Horsens, Denmark.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Piala Uber 2024 singkap aset besar bulu tangkis putri kita