Ekspor Sumbar Juli naik 41,84 persen

id BPS Sumbar,Ekspor Sumbar

Ekspor Sumbar Juli naik 41,84 persen

Petani berada di samping buah kelapa sawit yang baru dipanen, di Kab.Padangpariaman, Sumatera Barat. ANTARA SUMBAR/Iggoy el Fitra/Maril/18

Padang, (Antaranews Sumbar) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat mencatat ekspor provinsi itu pada Juli 2018 mencapai 153,46 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau naik 41,84 persen dibandingkan Juni 2018 yang mencapai 108,19 juta dolar AS.

"Kenaikan ekspor terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan nabati sebesar 121,11 juta dolar AS, dan golongan karet serta barang dari karet 18,45 juta dolar AS," kata Kepala BPS Sumbar, Sukardi di Padang, Rabu.

Ia menyampaikan negara tujuan ekspor nonmigas terbesar pada Juli 2018 adalah ke India 38,60 juta dolar AS, Singapura 30,48 juta dolar AS, dan Amerika Serikat 26,60 juta dolar AS.

Ekspor ke India memberikan peranan sebesar 26,47 persen dan Amerika Serikat 24,78 terhadap total ekspor Sumbar.

Sejalan dengan itu ekspor produk industri pengolahan pada Juli 2018 mengalami peningkatan sebesar 47,36 persen dibanding Juni.

Sementara nilai impor Sumatera Barat pada Juli 2018 mencapai 47,36 juta dolar AS atau turun 4,7 persen dibandingkan Juni yang mencapai 49,70 juta dolar AS.

Golongan barang impor terbesar Juli 2018 adalah bahan bakar mineral sebesar 38,81 juta dolar AS, ampas, sisa industri makanan 5,23 juta dolar AS, dan golongan kertas karton 0,86 juta dolar AS.

Sebelumnya Bank Indonesia menilai butuh sinergi seluruh pihak untuk meningkatkan ekspor Sumatera Barat apalagi saat ini pertumbuhan ekonomi dunia meningkat serta harga sejumlah komoditas strategis juga membaik.

Saat ini ekspor Sumbar masih rentan karena hanya bergantung pada dua komoditas yaitu minyak sawit dan karet dan ke depan perlu dilakukan diversifikasi agar lebih luas Ini satu momentum yang bagus bersinergi menggarap ekspor, kata Kepala Bank Indonesia perwakilan Sumbar Endy Dwi Tjahjono.

Ia melihat untuk sawit juga perlu dilakukan peremajaan karena banyak yang sudah tua sehingga produksinya turun serta terbatasnya lahan.

Termasuk industri hilir sawit kurang mendukung, sekarang yang ada baru CPO, seharusnya juga dibangun yang lain agar ada nilai tambah, kata dia.

Sementara Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit menilai selain sawit dan karet ada sejumlah komoditas lain yang juga potensial untuk diekspor.

"Kopi mulai mendunia, gambir juga, termasuk perikanan," kata dia.

Ia mengatakan ekspor Sumbar tiap tahun terus meningkat tapi pada sisi lain belum berbanding lurus dengan kesejahteraan petani.

"Jadi ada dampak terhadap kemampuan daya beli dan tingkat kesejahteraan petani," ujarnya. (*)