Ini dia mitos seputar menyusui dan Mpasi

id menyusui

Ini dia mitos seputar menyusui dan Mpasi

Ilustrasi. (Antara)

Jakarta, (Antaranews Sumbar) - Di era digital saat ini masih ada saja mitos atau seputar menyusui dan mempersiapkan MPASI yang belum tentu bisa dipertanggungjawabkan secara medis.

Berikut mitos yang hingga kini masih sebagian orang percayai menurut spesialis anak dr. Yoga Devaera, Sp.A(K)

1. Bayi usia enam bulan perlu susu formula

Salah satu pasien saya pernah bertanya apa benar setelah usia 6 (enam) bulan, bayi membutuhkan tambahan jenis susu lainnya. Ini tidak benar," tutur Yoga dalam keterangan tertulisnya.

Setelah usia 6 bulan, bayi memerlukan tambahan energi, protein dan terutama zat besi karena ASI saja tidak mencukupi. Namun, asupan diberikan setelah 6 (enam) bulan bukan susu formula tetapi makanan padat atau MPASI yang mengandung zat dibutuhkan tadi. Pengenalan tekstur makanan padat juga diperlukan sehingga keterampilan makan bayi terasah.

2. Jika bayi diberikan ASI dengan botol, ia akan menolak payudara ibu

Yoga mengatakan, ada banyak bayi yang menyusui dari payudara dan botol secara bergantian tanpa masalah berarti.

"Selama botol itu diperkenalkan setelah sang bayi sudah mahir menyusui secara langsung dari payudara ibu, biasanya di sekitar usia 2 (dua) bulan. Setiap ibu hidup dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan banyak dari mereka yang terbantu dengan menyusui bayinya secara langsung dan menggunakan botol secara bergantian," papar dia.

Penggunaan botol juga memungkinkan sang Ayah atau anggota keluarga lain untuk membantu ibu memberikan ASI kepada si kecil.

3. Ibu menyusui hanya boleh mengonsumsi makanan `hambar¿

Yoga mengungkapkan, adalah benar kalau ibu menyusui harus memperhatikan apa yang ia makan, tetapi tidak berarti harus ada banyak pantangan. Ibu bisa memakan makanan yang mereka suka, selama tidak berpengaruh buruk ke kesehatan ibu (misalnya makanan yang dapat menyebabkan alergi).

"Bahkan, ada keuntungan tersendiri dari ibu yang tidak terlalu banyak pantangan ketika menyusui. Selain membuat Ibu senang karena bisa memakan beragam makanan dan mengurangi stress sehingga produksi ASI lebih lancar, si kecil nantinya tidak akan tumbuh menjadi anak yang pilih-pilih makanan, karena sudah diperkenalkan dengan berbagai rasa," kata dia.

4. Ibu harus berhenti menyusui ketika sedang sakit

Tidak menyusui selama sakit bukan berarti bayi tidak akan tertular penyakit ibu. Di saat ibu menyadari bahwa ia tidak sehat, si kecil kemungkinan sudah mulai terpapar dengan virus atau bakteri penyebab infeksi.

"Malahan, menyusui ketika sedang sakit akan memberikan antibodi pelindung yang akan menjaga bayi tetap sehat," ujar Yoga.

5. Setelah kembali bekerja, Ibu harus menyapih bayinya

Yoga menekankan hal ini tidak benar. Jika ibu berkomitmen untuk memerah ASI, dia tetap bisa memberikan ASI bagi si kecil selama yang dia inginkan. Ibu bisa memerah dua hingga tiga jam sekali di sela pekerjaan. Ibu tetap menyusui di pagi hari sebelum berangkat dan di malam hari.

"Hal ini akan menjaga produksi ASI ibu tidak berkurang setelah kembali bekerja. Jangan lupa mulai menabung ASI sebelum masa cuti berakhir," tutur dia.

6. MPASI harus terdiri dari banyak buah dan sayur saja

Selain karbohidrat bayi juga membutuhkan tambahan protein dan terutama zat besi dari makanannya. Zat besi sangat penting untuk kecerdasannya.

Zat besi pada sayuran hijau mempunyai penyerapan yang buruk sedangkan zat besi dalam daging merah mempunyai penyerapan yang baik. Apabila si kecil hanya diberikan buah dan tim sayur, makin lama si kecil makin kekurangan zat besi dan protein. Ibu tidak perlu khawatir pada usia 6 (enam) bulan saluran cerna bayi sudah siap mencerna sumber protein hewani. Jadi, pastikan MPASI mengandung sumber protein hewani dan sumber zat besi seperti daging merah atau ati ayam.