Gelombang laut di Samudra Barat Mentawai mencapai enam meter

id BMKG maritim,gelombang laut

Gelombang laut di Samudra Barat Mentawai mencapai enam meter

Ilustrasi - Pantauan gelombang laut melalui satelit. (BMKG)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Maritim Teluk Bayur, Kota Padang, Sumatera Barat mengingatkan jasa transportasi laut dan nelayan di provinsi itu agar mewaspadai gelombang laut setinggi enam meter hingga 26 Juli 2018.

"Gelombang setinggi enam meter berpotensi terjadi di Samudra Barat Kepulauan Mentawai hingga Samudra Hindia Bengkulu," kata Prakirawan BMKG Maritim, Yosyea Oktaviandra di Padang, Senin.

Kemudian gelombang setinggi enam meter juga berpotensi terjadi di perairan barat Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Selatan, dan Pulau Enggano.

"Gelombang maksimum dapat mencapai dua kali perkiraan itu," kata dia.

BMKG Maritim menyatakan gelombang di atas 1,25 meter dan angin dengan kecepatan 15 knots per jam tingkat keselamatannya masuk ke dalam risiko tinggi.

Kemudian untuk kapal tongkang tingkat keselamatan yang berisiko tinggi ketika gelombang laut setinggi 1,5 meter dengan kecepatan angin 16 knots, selanjutnya kapal penyeberangan berisiko tinggi berlayar ketika gelombang laut di atas 2,5 meter dan kecepatan angin 17 knots.

Sementara untuk kapal besar seperti kargo, tanker dan pesiar tingkat keselamatan yang berisiko tinggi ketika berlayar yakni ketika gelombang laut setinggi empat meter dan kecepatan angin 27 knots.

Oleh sebab itu BMKG mengingatkan nelayan dan jasa transportasi laut lebih memperhatikan hal tersebut ketika memutuskan berlayar.

"Jangan memaksakan jika tidak memungkinkan karena hal tersebut dapat membahayakan keselamatan," tambahnya.

Sementara cuaca di daratan pada Juli sering berubah-ubah yang disebabkan oleh peningkatan suhu muka laut Samudra Hindia menyebabkan penambahan suplai uap air sehingga terjadinya perubahan cuaca dari panas ke hujan terutama pada sore hari.

"Secara umum pada Juli cuaca Sumatera Barat didominasi berawan, namun karena peningkatan suhu, maka saat sore berpotensi terjadi hujan," kata Kepala Seksi Observasi dn Informasi BMKG Minangkabau Padang Pariaman, Yudha Nugraha.

Menurutnya suplai uap air merupakan bahan pembentuk hujan, ketika suhu panas Sumatera Barat maka suplai uap air di Samudra Hindia turut meningkat dan hingga terjadi hujan. ***4***