Kopertis-X : "Sapto" Mudahkan Urusan Akreditasi Kampus

id Kemenristekdikti

Kopertis-X : "Sapto" Mudahkan Urusan Akreditasi Kampus

Logo Kemenristekdikti.

Padang, (Antara Sumbar) - Koordinator Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) wilayah X, Prof Herri mengatakan Sistem Akreditasi Perguruan Tinggi secara Online (SAPTO) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dapat memudahkan pengurusan akreditasi oleh kampus.

"Setidaknya saat pengiriman dokumen borang tidak perlu lagi repot membawa ke Jakarta, karena tinggal kirim secara dalam jaringan," ujar Herri di Padang, Senin.

Salah satu kemudahan yang didapat, kata Herri, yakni lebih efisiensi dalam hal waktu dan biaya.

Sebab dokumen akreditasi yang biasa harus dibawa ke Jakarta saat waktu verifikasi, kini hanya dengan memindai dokumen tersebut per lembarnya dan kemudian dimasukkan ke sistem komputer.

Bagi kampus yang berada di lokasi jauh dan membutuhkan waktu serta biaya besar, hal ini jelas memberikan keuntungan.

Hanya saja, sebut dia, dengan SAPTO ini dituntut ketelitian dan kehati-hatian sebelum mengunggah karena data yang telah dikirim dinilai telah betul dan tidak bisa diubah.

Di samping itu, kata Herri, kampus perlu menyiapkan tim tenaga informasi dan teknologi yang mumpuni.

Ini bertujuan untuk menyempurnakan pengiriman agar tidak cacat atau lupa yang berdampak pada nilai akreditasi lainnya.

"Jangan sampai akibat kesalahan unggah, nilai akreditasi jadi jelek," sebut dia.

Saat ini, kata dia, pihaknya tengah melakukan sosialisasi terkait sistem baru ini khususnya kepada kampus di bawah Kopertis X.

Dia berharap semua kampus segera mempelajari dan menguji coba penerapannya, mengingat sistem tersebut akan diresmikan pada 2018.

Senada itu pengamat pendidikan tinggi dari Universitas Andalas Dr Ade Djulardi mengatakan SAPTO akan menjadi mudah bila dilakukan oleh orang yang tepat.

Artinya, ujar dia, pengiriman dokumen Akreditasi lewat secara dalam jaringan harus dilakukan yang mengerti bidang tersebut dan juga piawai dalam informasi teknologi.

Sebab, katanya, kesalahan sedikit baik ketikan atau jumlah berakibat fatal untuk proses selanjutnya. (*)