Padangpariaman Menargetkan Produksi Padi 312.363 Ton 2017

id Panen Raya

Padangpariaman Menargetkan Produksi Padi 312.363 Ton 2017

Sejumlah peserta Panen Raya yang terdiri dari Dinas Pertanian Ketahanan Pangan Padangpariaman dan unsur lainnya menunjukkan padi usai dipotong pada acara Panen Raya di Nagari Sungai Buluh Utara, Kecamatan Batang Anai, Senin (7/8). Pemerintah Kabupaten Padangpariaman menargetkan produksi padi di daerah itu pada 2017 mencapai 312.363 ton dari 56.634 hektare luas sawah. (ANTARA SUMBAR/Adiaat M. S.)

Parit Malintang, (Antara Sumbar) - Pemerintah Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat, menargetkan produksi padi di daerah itu pada 2017 mencapai 312.363 ton dari 56.634 hektare luas sawah.

"Hingga Juli 2017 produksi padi Padangpariaman telah melebihi setengah dari target," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Padangpariaman, Yurisman Yakub saat Panen Raya di Nagari Sungai Buluh Utara, Kecamatan Batang Anai, Senin.

Ia mengatakan melihat hasil produksi tersebut maka dirinya yakin daerah itu berpeluang melakukan swasembada beras dengan meningkatkan produktivitas produksi padi.

Ia menyebutkan dari 2015 sampai 2016 peningkatan produksi padi di daerah itu yaitu 8.919 ton dan diyakini tahun ini akan lebih meningkat karena diberlakukannya tambah tanam.

Ia merincikan pada 2015 produksi padi di daerah itu 278.127 ton dengan luas sawah 55.102 hektare dengan produktivitasnya 5,05 ton per hektare.

Sedangkan pada 2016 produksi padi di daerah itu 287.046 ton dengan luas sawah 55.408,1 hektare dengan produktivitas 5,18 ton per hektare.

"Namun petani kita masih dihadapkan dengan beberapa permasalahan," katanya.

Ia menyebutkan permasalahan tersebut seperti jaringan irigasi dan jalan pertanian yang rusak, dan susah mendapatkan pupuk sehingga mempengaruhi penghasilan petani.

Sementara itu, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Padangpariaman Eri Zulfian menawarkan program penanaman varietas padi unggul kepada sejumlah petani di daerah itu guna meningkatkan produksi padi.

"Setidaknya sawah yang produktivitas padi enam ton per hektare nya maka melalui program ini bisa menjadi sembilan ton per hektare," ujarnya.

Ia mengatakan hal itu terjadi karena bibit padi yang digunakan merupakan bibit unggul yaitu M70D dan M400 yang masa panennya hanya 70 hari.

Ia menjelaskan apabila petani setuju maka petani harus mengikuti peraturan tanam yang dikembangkan himpunan tersebut.

"Kami yang menyediakan bibit dan pupuk, serta membayar gaji penyuluh," kata dia.

Namun apabila hasil padi melebihi enam ton per hektarenya maka hasil produksi dibagi 60 persen untuk petani dan 40 persen untuk HKTI guna pembelian bibit, pupuk serta membayar gaji penyuluh.

Tetapi apabila hasilnya tidak melebihi enam ton per hektare maka hasil produksi padi sepenuhnya milik petani, tambahnya. (*)