Padang, (Antara Sumbar) - Upaya mewujudkan Sumatera Barat sebagai sentra minyak atsiri nasional terkendala karena belum tersedianya peralatan pengolahan yang modern serta minimnya anggaran pendukung.
"Rencananya peralatan pengolahan minyak tersebut akan dibantu Kementrian Perindustrian dengan anggaran sebesar Rp2,5 miliar. Namun realisasinya hanya Rp500 juta karena pemotongan anggaran di kementrian," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumbar, Asben Hendri di Padang, Selasa.
Ia menerangkan anggaran sebesar itu tidak mencukupi untuk membeli peralatan yang dibutuhkan sehingga untuk sementara pengolahan minyak atsiri Sumbar masih tetap dilakukan secara tradisional.
"Anggaran Rp500 juta ini kita alokasikan untuk menunjang kegiatan yang selama ini telah berjalan," katanya.
Ia mengungkapkan Sumbar sebenarnya telah ditetapkan sebagai salah satu sentra produksi minyak atsiri Indonesia pada 2015 karena dinilai memiliki potensi besar yang belum diolah maksimal.
"Agar hasilnya maksimal, direncanakan pada 2017 didirikan industri pengolahan minyak atsiri dengan bantuan pusat," katanya.
Pemprov Sumbar, ujarnya sudah menyediakan lokasi penempatan alat pengolahan tersebut di Ulu Gadut, Pauh. Tepatnya di Lingkungan Industri Kecil (LIK) Ulu Gadut. Hanya saja rencana tersebut batal terwujud.
"Setelah saya pertanyakan ke pusat, alasannya karena adanya pengurangan anggaran pada hampir seluruh kementrian, pemangkasan itu juga berdampak pada alokasi Sumbar," ujarnya.
Secara umum Indonesia terdapat lebih dari 40 jenis minyak atsiri, namun baru 20 jenis saja yang telah diekspor.
Minyak atsiri merupakan bahan baku untuk berbagai industri, di antaranya adalah industri flavor dan fragrance, farmasi, makanan, rokok, aromaterapi, industri pengendalian hama, serangga dan lain-lainnya.
Sebagian besar produk minyak atsiri di Indonesia dihasilkan oleh petani dengan menggunakan alat penyuling yang sederhana. Mereka menggunakan drum bekas atau alat plat besi dan pipa ledeng untuk membuat alat penyuling. Bahan-bahan tersebut mudah berkarat dan menyebabkan warna minyak menjadi gelap sehingga mutu minyak menjadi rendah.
Minyak atsiri memiliki pangsa pasar yang bagus, terutama adalah minyak nilam, minyak pala, minyak kenanga, minyak cengkeh, minyak akar wangi dan minyak serai wangi.
"Jika Sumbar memiliki industri pengolahan modern, sektor ini akan menjadi salah satu peluang usaha bagi masyarakat," kata Asben.
Ia berharap tahun depan rencana bantuan Kementerian Perindustrian untuk Sumbar bisa terealisasi. (*)
Berita Terkait
USK luncurkan serum antipenuaan dari minyak nilam untuk produk skin care
Kamis, 1 Desember 2022 6:17 Wib
Bupati ajak OPD bantu pemasaran produk sentra atsiri
Rabu, 29 Juni 2022 11:14 Wib
Bupati Pesisir Selatan sebut pembangunan sentra atsiri upaya menuju kemandirian daerah
Senin, 27 Juni 2022 19:04 Wib
Pemkab Pesisir Selatan bangun pabrik minyak atsiri senilai Rp4 miliar di Lunang
Kamis, 16 Juni 2022 10:45 Wib
Pemkot Solok kembangkan turunan minyak atsiri
Selasa, 14 Juli 2020 18:50 Wib
Wakil wali Kota Solok hadiri Bimtek turunan minyak atsiri
Selasa, 14 Juli 2020 9:17 Wib
Rumah Atsiri Solok mampu produksi 15 ton per bulan
Selasa, 21 Januari 2020 13:35 Wib
CSR Pertamina gandeng Rumah Harum Atsiri berdayakan Petani Atsiri di Sumbar
Jumat, 25 Oktober 2019 15:35 Wib