Bupati Pesisir Selatan sebut pembangunan sentra atsiri upaya menuju kemandirian daerah
Painan (ANTARA) - Bupati Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat Rusma Yul Anwar menyampaikan pembangunan sentra minyak Atsiri adalah bagian dari upaya mewujudkan kemandirian daerah berbasis komoditi unggulan daerah.
Keberadaan industri pengolahan diyakini mampu meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat, karena memiliki kapitalisasi modal yang cukup besar, menyerap tenaga kerja dan memberikan nilai tambah terhadap produksi pertanian.
"Selama ini mayoritasnya dijual dalam bentuk mentah, sehingga petani tidak menikmati pertambahan nilai produk yah dihasilkan," ungkap bupati saat peletakan batu pertama sentra Atsiri di Kecamatan Lunang.
Acara dihadiri Kepala Dinas Pertanian Madrianto, Kepala Dinas Perdagangan dan Transmigrasi Mimi Riarty Zainul, Kepala Dinas Pariwisata Suhendri Zainal.
Wakil Ketua Anggota DPRD Hakimin, Anggota DPRD Aljufri dan Kusmanto, perwakilan Kejaksaan Negeri Pesisir Selatan, Camat Lunang Caryanto dan tokoh masyarakat setempat.
Bupati melanjutkan keberlimpahan potensi pertanian Pesisir Selatan sejatinya harus mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah yang berkelanjutan.
Karena itu pemerintah kabupaten kini terus berupaya melahirkan berbagai kebijakan dan rencana strategis yang benar-benar fokus dalam rangka pengembangan produk, sesuai keunggulan kompetitif daerah.
Meski demikian keterpaduan antara hulu dan hilir harus tetap terjaga, sejalan target menjadikan hilirisasi sebagai salah satu dari arus utama pembangunan dan sambil menjaga ketersediaan potensi dari sisi hulu.
"Jadi, mesti tertata, terorganisir dan terpadu. Pada tataran inilah konsep hilirisasi itu dijalankan untuk mencapai kemandirian daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat," tutur bupati.
Pemerintah kabupaten dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2021-2026 telah menetapkan kawasan peruntukan industri, khususnya yang berskala kecil dan menengah.
Membuat zonasi sesuai dengan potensi masing-masing wilayah kecamatan seperti industri olahan hasil perikanan di Kecamatan Koto XI Tarusan. Kelapa sawit di Kecamatan Lengayang, Lunang dan Silaut.
Meminimalisir biaya produksi melalui penyediaan infrastruktur di area-area sentra produksi, sehingga produk yang dihasilkan lebih kompetitif dan dapat bersaing dengan produk sejenis dari daerah lain.
Sementara Kepala Dinas Perdagangan dan Transmigrasi Mimi Riarty Zainul menyampaikan pembangunan sentra atsiri dibiayai melalui DAK Kementerian Perindustrian senilai Rp14 miliar.
Besaran dana bersumber dari APBN 2022 itu Rp9,8 miliar diantaranya dipakai untuk pembangunan fisik gedung pabrik dan sisanya yang sebesar Rp5 miliar untuk peralatan produksi.
Sentra Atsiri dibangun di atas lahan seluas 1 Hektare dan dengan luas bangunan 1.300 meter per segi di Nagari Lunang Tengah itu ditargetkan rampung pada 31 Desember tahun ini.
"Nanti bisa memproduksi minyak kayu putih, minyak pala dan minyak serei wangi, dengan enam unit tanki suling antara lain 3 unit kapasitas 1.000 liter, 2 unit kapasitas 500 unit dan satu 50 liter," ujar Mimi.
Ia meyakini pembangunan sentra atsiri bakal menjadi katalisator baru bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan memacu peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB).
Pengoperasiannya bakal melibatkan masyarakat seperti penyediaan bahan baku, operator dan administrasi yang secara otomatis bakal meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar sentra dan Pesisir Selatan umumnya.
"Kami akan memberikan pelatihan pada operator, petani penyedia bahan baku dan manajemennya, karena tentu butuh tenaga yang profesional dalam operasionalnya," ujarnya.
Pada kesempatan itu Kepala Dinas Pertanian Madrianto mengatakan pihaknya siap mendukung sentra pengolahan atsiri di Kecamatan Lunang dengan menyiapkan bibit komoditi olahannya.
Kemudian melakukan pembinaan terhadap petani maupun kelompok tani terkait proses penanaman sampai panen, sehingga petani menghasilkan produk olahan atsiri yang bermutu dan bernilai jual tinggi.
"Ya, kami sudah buatkan programnya. Insya Allah jadi salah satu program unggulan mulai 2023," sebutnya.
Keberadaan industri pengolahan diyakini mampu meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat, karena memiliki kapitalisasi modal yang cukup besar, menyerap tenaga kerja dan memberikan nilai tambah terhadap produksi pertanian.
"Selama ini mayoritasnya dijual dalam bentuk mentah, sehingga petani tidak menikmati pertambahan nilai produk yah dihasilkan," ungkap bupati saat peletakan batu pertama sentra Atsiri di Kecamatan Lunang.
Acara dihadiri Kepala Dinas Pertanian Madrianto, Kepala Dinas Perdagangan dan Transmigrasi Mimi Riarty Zainul, Kepala Dinas Pariwisata Suhendri Zainal.
Wakil Ketua Anggota DPRD Hakimin, Anggota DPRD Aljufri dan Kusmanto, perwakilan Kejaksaan Negeri Pesisir Selatan, Camat Lunang Caryanto dan tokoh masyarakat setempat.
Bupati melanjutkan keberlimpahan potensi pertanian Pesisir Selatan sejatinya harus mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah yang berkelanjutan.
Karena itu pemerintah kabupaten kini terus berupaya melahirkan berbagai kebijakan dan rencana strategis yang benar-benar fokus dalam rangka pengembangan produk, sesuai keunggulan kompetitif daerah.
Meski demikian keterpaduan antara hulu dan hilir harus tetap terjaga, sejalan target menjadikan hilirisasi sebagai salah satu dari arus utama pembangunan dan sambil menjaga ketersediaan potensi dari sisi hulu.
"Jadi, mesti tertata, terorganisir dan terpadu. Pada tataran inilah konsep hilirisasi itu dijalankan untuk mencapai kemandirian daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat," tutur bupati.
Pemerintah kabupaten dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2021-2026 telah menetapkan kawasan peruntukan industri, khususnya yang berskala kecil dan menengah.
Membuat zonasi sesuai dengan potensi masing-masing wilayah kecamatan seperti industri olahan hasil perikanan di Kecamatan Koto XI Tarusan. Kelapa sawit di Kecamatan Lengayang, Lunang dan Silaut.
Meminimalisir biaya produksi melalui penyediaan infrastruktur di area-area sentra produksi, sehingga produk yang dihasilkan lebih kompetitif dan dapat bersaing dengan produk sejenis dari daerah lain.
Sementara Kepala Dinas Perdagangan dan Transmigrasi Mimi Riarty Zainul menyampaikan pembangunan sentra atsiri dibiayai melalui DAK Kementerian Perindustrian senilai Rp14 miliar.
Besaran dana bersumber dari APBN 2022 itu Rp9,8 miliar diantaranya dipakai untuk pembangunan fisik gedung pabrik dan sisanya yang sebesar Rp5 miliar untuk peralatan produksi.
Sentra Atsiri dibangun di atas lahan seluas 1 Hektare dan dengan luas bangunan 1.300 meter per segi di Nagari Lunang Tengah itu ditargetkan rampung pada 31 Desember tahun ini.
"Nanti bisa memproduksi minyak kayu putih, minyak pala dan minyak serei wangi, dengan enam unit tanki suling antara lain 3 unit kapasitas 1.000 liter, 2 unit kapasitas 500 unit dan satu 50 liter," ujar Mimi.
Ia meyakini pembangunan sentra atsiri bakal menjadi katalisator baru bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan memacu peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB).
Pengoperasiannya bakal melibatkan masyarakat seperti penyediaan bahan baku, operator dan administrasi yang secara otomatis bakal meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar sentra dan Pesisir Selatan umumnya.
"Kami akan memberikan pelatihan pada operator, petani penyedia bahan baku dan manajemennya, karena tentu butuh tenaga yang profesional dalam operasionalnya," ujarnya.
Pada kesempatan itu Kepala Dinas Pertanian Madrianto mengatakan pihaknya siap mendukung sentra pengolahan atsiri di Kecamatan Lunang dengan menyiapkan bibit komoditi olahannya.
Kemudian melakukan pembinaan terhadap petani maupun kelompok tani terkait proses penanaman sampai panen, sehingga petani menghasilkan produk olahan atsiri yang bermutu dan bernilai jual tinggi.
"Ya, kami sudah buatkan programnya. Insya Allah jadi salah satu program unggulan mulai 2023," sebutnya.