SMK Karya Tidak Luluskan Siswa Bermasalah

id UN, Padang Panjang, SMK Karya

Padang Panjang, (AntaraSumbar) - Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Karya Kota Padang Panjang tidak meluluskan murid yang bermasalah untuk menjaga mutu pendidikan pada tahun ajaran 2015/2016.

"Kami sengaja tidak meluluskan murid bermasalah, sesuai dengan komitmen sekolah," kata Kepala SMK Karya Padang Panjang, Musbar di Padang Panjang, Senin.

Ketegasan dalam dunia pendidikan ujarnya, sangatlah penting untuk mengejar mutu dan kualitas pendidikan itu sendiri. Keberhasilan siswa menjalani Ujian Nasional (UN) bukan harga mati sebagai jaminan kelulusan siswa.

Berhasil dalam mengikuti UN, jelasnya, bukan berarti siswa harus mendapatkan ijazah kelulusan. Sesuai dengan ketentuan pemerintah terkait kelulusan merupakan keweNangan pihak sekolah, atas pertimbangan sekolah dinilai efektif dalam menentukan kelulusan siswa.

Ia menambahkan, siswa yang bermasalah di sekolah yang dipimpinnya itu, ada sebanyak empat dari 96 siswa SMK Karya yang mengikuti UN tahun ini.

Terkait empat siswa yang tidak menerima kelulusan itu, tambahnya, karena selama menjalani proses belajar mengajar (PBM) di sekolah, tidak mengikuti program yang diberlakukan sekolah dan mengabaikan aturan yang berlaku.

Keputusan ini diambil setelah melakukan pembahasan, kajian dan pertimbangan matang sekolah yang didukung oleh pihak yayasan. Ke empat siswa tersebut kami berikan kesempatan untuk mengulang dan mengikuti PBM ditahun ajaran berikutnya, sebutnya.

Pengurus Yayasan SMK Karya Padang Panjang, Jimmy Human mendukung kebijakan pihak sekolah yang tidak meluluskan siswa yang bermasalah tersebut.

Kami konsisten dengan komitmen, segala kebijakan dan ketentuan sekolah harus berjalan sebagaimana mestinya. Ya, siswa yang tidak bisa dibina secara otomatis akan menerima sangsi dari keteledoran mereka, tambahnya.

Masyarakat Padang Panjang, Rully memberikan apresiasi kepada pihak sekolah yang selalu konsisten dengan komitmen yang diambil.

"Patut dicungkan jempol, pihak sekolah tidak hanya mengutamakan kuantitas, tapi lebih kepada menjaga mutu dan kualitas pendidikan," katanya. (*)