Pemkab Mentawai Gencarkan Pencegahan Penyakit Ispa

id Ispa

Pemkab Mentawai Gencarkan Pencegahan Penyakit Ispa

Ilustrasi - Masker untuk mengantisipasi Ispa. (Antara)

Padang, (Antara Sumbar) - Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat menggencarkan pencegahan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) guna mengurangi penderita kasus tersebut di daerah itu.

"Kasus ISPA di daerah kami tergolong tinggi disebabkan lingkungan yang kurang sehat, khususnya di Kecamatan Siberut Selatan," kata Kepala Puskesmas Pembantu (Pustu) Desa Madobag, Hemma Yulia saat dihubungi dari Padang, Kamis.

Salah satu upaya pencegahan meningkatnya kasus ISPA yang dilakukan pemerintah, kata dia yakni melalui peningkatan pelayanan dan promosi kesehatan dengan sasaran penduduk terutama di daerah pedalaman Desa Madobag.

"Hal itu bertujuan agar masyarakat memiliki pemahaman mengenai penyakit ISPA tersebut," katanya.

Pola dan perilaku hidup yang sehat salah satunya, kata Hemma dapat mencegah dari penyakit ISPA, sehingga masyarakat sangat dianjurkan untuk selalu menjaga kesehatan dan mengetahui gejala penyakit saluran pernafasan itu agar langsung dilakukan pengobatan.

ISPA disebabkan infeksi virus yang menyerang khusus saluran pernapasan dan gejalanya antara lain hidung tersumbat atau berair, sering bersin, merasa kelelahan dan timbul demam serta batuk-batuk.

Ia mengatakan, ISPA merupakan penyakit yang mendominasi di Desa Madobag, apalagi rata-rata rumah penduduk di daerah itu tidak memiliki ventilasi yang memenuhi standar kelayakan, sehingga saluran udara tidak tersaring dengan baik.

Kemudian, hampir semua masyarakat mulai dari anak kecil hingga dewasa baik laki-laki maupun perempuan, katanya merokok, dengan demikian tidak dapat dipungkiri jika ISPA merupakan penyakit yang banyak dijumpai di daerah itu.

"Rata-rata masyarakat memasak juga masih menggunakan kayu bakar, sehingga asap pembakaran tersebut akan mempengaruhi saluran pernapasan," kata dia.

Ia menyebutkan, pada 2016 penderita ISPA di daerah itu sebanyak 297 orang, sedangkan periode Januari hingga Oktober 2017 penderita penyakit saluran pernafasan itu sudah mencapai 208 orang.

Namun demikian, ada beberapa kendala yang dihadapi pihaknya dalam mencegah kasus ISPA antara lain keterbatasan alat pemeriksaan kesehatan, sehingga sulit untuk mendeteksi tingkat keparahan penyakit dari pasien.

"Kami kesulitan mendeteksi, misalnya apakah pasien hanya terkena radang tenggorokan atau sudah pneumonia maupun adanya kelainan pada paru-paru," katanya.

Akan tetapi, jika ditingkat pustu di Desa Madobag tidak dapat ditangani maka pasien akan dirujuk ke puskesmas yang terdapat di Muara Siberut dengan waktu tempuh dua hingga tiga jam berjalan kaki dan menaiki perahu kecil (pompong). (*)