Jakarta, (Antara Sumbar) - Sebanyak 1.580 dosen dari sejumlah perguruan tinggi di Tanah Air tak lulus program sertifikasi dosen tahap pertama yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti).
"Jumlah dosen yang mengikuti sertifikasi dosen tahap pertama sebanyak 4.512 dosen. Sedangkan kuota sertifikasi untuk tahun ini hanya 10.000 dosen," ujar Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi Kemristekdikti Ali Ghufron Mukti, di Jakarta, Minggu.
Menurutnya, dengan demikian, untuk tahap pertama jumlah dosen yang lolos sertifikasi untuk tahap pertama sebanyak 2.932 orang.
Penyebab utama banyak dosen yang tak lulus sertifikasi dosen adalah rendah nilai gabungan dan deskripsi diri.
"Sebagian besar para dosen menulis deskripsi diri mereka mencontek atau 'copy paste' dari dosen yang telah lulus sertifikasi," katanya pula.
Ghufron memperkirakan para dosen yang tidak lulus itu mencontek deskripsi diri dari dosen yang telah lulus sertifikasi dengan harapan bisa lulus juga.
Padahal tim sertifikasi memberi perhatian lebih pada keaslian deskripsi diri tersebut.
"Dosen kita itu lihat ada yang lulus langsung mencontek. Padahal itu harus dihindari dan diperingatkan. Menurut saya, besok di situsnya harus diperingatkan kalau 'copas' dijamin tak lulus," kata dia lagi.
Banyak dosen yang tak lulus sertifikasi tersebut, lanjut dia, merugikan keuangan negara karena pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp800.000 untuk tiap dosen yang melaksanakan uji kompetensi/sertifikasi itu.
"Ini sangat merugikan, kami akan memikirkan bagaimana mekanismenya agar para dosen yang tak lulus ini bisa lulus. Tentunya harus melalui serangkaian tes lagi," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada itu pula.
Seorang Tim Data Sertifikasi Dosen Nasional Sugianto mengatakan sebagian besar penyebab ketidaklulusan dikarenakan 'copas'.
"Deskripsi diri merupakan tulisan mengenai diri dosen itu, ke depannya dia seperti apa. Tulisannya naratif," ujar Sugianto.
Nilai maksimum untuk sertifikasi dosen itu adalah tujuh.
Disinggung apakah jumlah deskripsi diri 'copas' semakin banyak atau turun, Sugianto menyebutkan bahwa jumlahnya turun dibandingkan tahun lalu.
"Tahun lalu 27 persen, tahun ini menurun menjadi 20 persen," ujarnya pula.
Ke depan, dia berharap semakin banyak dosen yang memperhatikan keaslian dari deskripsi diri tersebut.
Sebelumnya, tim seleksi sertifikasi melakukan yudisium kelulusan selama beberapa hari di Yogyakarta. (*)
Berita Terkait
Dosen FK Unbrah : Kejadian TB Paru di etnis Minangkabau Tidak Dipengaruhi Pewarisan Genetik
Senin, 18 Maret 2024 12:19 Wib
Pemilu dan Masa Depan Keanekaragaman Hayati Indonesia
Senin, 12 Februari 2024 12:31 Wib
Mengungkap kekuatan pariwisata: studi menyeluruh terhadap pertumbuhan ekonomi Regional di Indonesia
Selasa, 23 Januari 2024 10:17 Wib
Ganjar Pranowo tanggapi sorotan publik terkait tugas dosen
Kamis, 21 Desember 2023 8:31 Wib
Tim dosen Unidha Padang lakukan pengabdian masyarakat, bantu Masjid susun laporan keuangan
Senin, 18 Desember 2023 18:09 Wib
Prof. Mahyudin Ritonga Guru Besar Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
Jumat, 15 Desember 2023 21:57 Wib
MWA Unand: Peningkatan kesejahteraan kunci wujudkan kampus kelas dunia
Senin, 20 November 2023 16:40 Wib
Dosen-Mahasiswa PNP rancang penyimpanan arsip elektronik di DPRD Sumbar
Jumat, 10 November 2023 8:42 Wib