Pengusaha Bordir Tradisional Padang Panjang Terus Bertahan

id Pengusaha, Bordir, Tradisional, Padang, Panjang

Padang Panjang, (AntaraSumbar) - Pelaku usaha bordir tradisional di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat terus bertahan meski dunia usaha saat ini sudah sistem digital.

"Buatan dengan cara tradisional masih banyak peminatnya," kata pelaku usaha bordir Singgalang Sakato Rismanto di Padang Panjang, Senin.

Dia mengatakan, tingkat produksi bordir secara tradisional yang dinamakan kerancang langsung membutuhkan keuletan yang lebih dari pada sistem digital.

Rismanto yang sudah menekuni usaha Bordir kerancang langsung sejak tahun 90-an itu memproduksi bordir pakaian seperti, baju, mukena, jilbab dan lainnya.

Ia menjelaskan, sistem manual pembuatan bordir kerancang langsung perajin yang mengerjakanya, lain dengan sistem digital yang sudah terprogram, sehingga kualitasnyapun juga berbeda.

"Kualitasnya lebih baik kerancang langsung dan harganyapun juga tinggi dibanding dengan sistem digital. Kalau kerancang langsung di jual seharga Rp250 ribu hingga Rp2 juta," ujarnya.

Meski kalah bersaing dengan sistem digital dari segi harga dan konsumen yang melirik, namun dia tetap optimistis bisa menyaingi produk digital tersebut.

"Kebanyakan konsumen di Padang Panjang ini lebih suka ke produk digital yang impor dari pulau Jawa, namun kami tetap optimis bisa berkompetitif di pasaran," katanya.

Ia mengatakan, promosi dan pasar produk tradisional itu sangat dibutuhkan, untuk bertahan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

"Kami juga mengharapkan bantuan pemerintah dalam mempromosikan produk dalam negeri, untuk menimbulkan kecintaan masyarakat," sebutnya.

Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan Kota Padang Panjang Reflis mengatakan, perhatian kepada pelaku usaha di daerah itu selalu dilakukan oleh pemerintah setempat.

"Promosi dan pembinaan terus kami lakukan dari setiap produk pelaku usaha, agar bisa bersaing di pasaran, baik itu berupa bantuan dana maupun yang lainnya," ujarnya. (*)