Berpikir kreatif, penjahit ini beralih produksi masker di tengah pandemi COVID-19

id berita Padang,berita sumbar,produksi masker, covid-19, motif bordir

Berpikir kreatif, penjahit ini beralih produksi masker di tengah pandemi COVID-19

masker motif bordir. (antarasumbar/Istimewa)

Semenjak pandemi COVID-19 ini pesanan jahitan baju di tempat saya semakin sepi
Padang (ANTARA) - Yuni Susanti, seorang penjahit di Padang beralih memproduksi masker dengan berbagai motif, salah satunya berupa motif bordir untuk menarik minat pembeli di tengah pandemi COVID-19.

"Semenjak pandemi COVID-19 ini pesanan jahitan baju di tempat saya semakin sepi. Sehingga membuat saya harus berpikir kreatif agar tetap berproduksi," katanya di Padang, Rabu.

Menurut dia saat ini usaha memproduksi masker kain berpeluang besar di tengah pandemi COVID-19.

Ia menyebutkan penjualan masker kain tersebut telah dimulai sejak sebulan yang lalu berupa masker kain bermotif batik yang dijual seharga Rp10.000 per helai.

Kemudian, ia terus mencoba mengkreasikan pembuatan masker dengan motif bordir yang dijualnya seharga Rp25.000 per helai.
contoh masker motif bordir. (antarasumbar/Istimewa)


"Alhamdulillah banyak peminatnya, bahkan masker bermotif bordir ini lebih banyak diminati," kata dia.

Ia menyebutkan bahan untuk pembuatan masker kain tersebut tidak rumit yaitu berasal dari perca yang sudah banyak menumpuk di tempatnya.

"Kebetulan saya sering menjahit pesanan gaun untuk pengantin, sehingga banyak perca bermotif bordir yang tersisa dan saat ini dijadikan sebagai bahan pembuatan masker," tambah dia.

Ia juga mengatakan penjualan masker tersebut dilakukan melalui media sosial berupa Facebook, Instagram, dan beberapa media sosial lainnya dan sudah banyak mendapatkan keuntungan dari penjualan masker tersebut.

Ia mengakui semenjak pandemi COVID-19 pesanan jahitannya menurun drastis. Bahkan pendapatannya tidak sampai 10 persen dari tahun sebelumnya. Sehingga ia terpaksa harus merumahkan untuk pengurangan karyawannya.

"Biasanya karyawan saya berjumlah tujuh orang. Namun sejak COVID-19 terpaksa harus merumahkan enam karyawan," ujar dia.

Lebih lanjut, ia menerangkan biasanya saat Ramadhan selalu dibanjiri pesanan, bahkan pesanan jahitan mencapai 10 setelan per hari. Akan tetapi sekarang tidak masuk pesanan sama sekali. Sehingga membuatnya harus lebih kreatif agar pemasukan tetap ada.

"Biasanya saat Ramadhan pendapatan hampir mencapai puluhan juta rupiah. Namun sekarang terpaksa harus bersabar," kata dia.