PLN Belum Sepakati "Swap" Gas Gajah Baru

id PLN Belum Sepakati "Swap" Gas Gajah Baru

Jakarta, (Antara) - PT PLN (Persero) hingga kini belum menyepakati mekanisme pertukaran (swap) gas Lapangan Gajah Baru, Blok Natuna Sea Block A di Kepulauan Riau. Kepala Divisi BBM dan Gas PLN Suryadi Mardjoeki di Jakarta, Minggu mengatakan, pihaknya belum menyepakati harga gas yang dialirkan ke pembangkit di Batam. "Kami menilai harga gas ke Batam bisa dikurangi dari sekitar 7,6 menjadi 6,5 dolar per MMBTU," katanya. Menurut dia, gas masuk secara bertahap ke pembangkit yang tengah dibangun berkapasitas 120-150 MW di Tanjung Uncang, Batam. Tahap awal, gas masuk 12 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) pada Oktober 2014 dan meningkat menjadi 30-40 MMSCFD akhir 2014 atau awal 2015. Suryadi menjanjikan persoalan "swap" Gajah Baru sudah selesai paling lambat April 2014. Tiada masalah Direktur Pengusahaan PGN Jobi Triananda Hasjim mengatakan, pihaknya menunggu terealisasinya "swap" gas tersebut. "Kami sudah tidak ada masalah, termasuk harga, tinggal menunggu saja," katanya. Sementara, pengamat energi Komaidi Notonegoro mengatakan, akibat belum terealisasinya "swap", maka manfaat gas untuk domestik yang besar, tidak tercapai. Menurut dia, pemerintah mesti bersikap tegas merealisasikan "swap" tersebut. "Pemerintah punya kewenangan, karenanya segera lakukan itu," katanya. Wakil Direktur ReforMiner Institute itu menambahkan, masalah "swap" merupakan persoalan klasik yaitu lemahnya koordinasi. "Pemerintah seharusnya lebih proaktif untuk atur dan koordinasikan para pihak. Di situlah fungsi pemerintah," katanya. Mekanisme "swap" dijalankan berdasarkan surat keputusan Menteri ESDM Jero Wacik yang ditandatangani 26 Oktober 2011 sebagai upaya peningkatan pemanfaatan gas untuk domestik. "Swap" dilakukan antara Gajah Baru dan Lapangan Grissik, Blok Koridor, Sumsel. Gas Gajah Baru yang dioperasikan Premier Oil masuk ke pembeli ConocoPhillips di Singapura, sementara produksi Grissik yang dikelola ConocoPhillips untuk domestik. Pihak Singapura sendiri sudah berkomitmen merealisasikan "swap" yang merupakan upaya sementara, sampai gas Gajah Baru masuk secara permanen ke pembangkit di Batam. Gas Gajah Baru tidak bisa langsung masuk ke pembangkit Batam karena ketiadaan infrastrukturnya. Awalnya, gas "swap" Gajah Baru sebanyak 40 MMSCFD dialirkan ke PLTGU Muara Tawar, Bekasi milik PLN. Namun, karena PLN menginginkan gas hanya digunakan saat puncak (peaker) dan infrastruktur juga tidak memungkinkan, akhirnya diubah skemanya. Pada November 2013, ditandatangani perubahan mekanisme "swap" setelah keluarnya alokasi gas Menteri ESDM. Alokasi berubah menjadi untuk PT PGN Tbk 25 MMSCFD, Banten Global Development 10 MMSCFD, dan PLN 5 MMSCFD. Atas kesepakatan itu, PLN mensyaratkan pembangkit Batam sudah dipenuhi gasnya pada akhir 2014. Harga gas ke pembangkit Batam dipengaruhi pula pemanfaatan fasilitas di Singapura dalam mekanisme "swap" tersebut. Sesuai kesepakatan November itu, seharusnya, "swap" gas mengalir tiga bulan setelah penandatanganan atau Februari 2014. Sayangnya, hingga kini belum terealisasi karena masih menunggu kesepakatan harga gas ke pembangkit Batam. (*/jno)