Simpang Empat (ANTARA) - Yusmidar (50), korban selamat dari bencana longsor di Padang Laweh, Tinggam, Jorong Harapan, Nagari Sinuruik Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat tak berhenti mengucap rasa syukur.
Dia bersama empat anaknya dan ayahnya selamat dari hantaman longsor yang begitu dahsyat menghujam rumahnya menjelang shubuh Jumat (28/11) pukul 04.00 WIB.
Saat ditemui ANTARA, Rabu (3/12) disebuah musholla tempat mengungsi keluarga itu sementara, raut kesedihan mendalam terpancar di wajah Yusmidar yang baru ditinggal suaminya lima bulan ini.
Jam menunjukkan pukul 03.00 WIB pada Jumat (28/11) itu, katanya, memulai kisahnya, matanya tidak mau terpejam di derasnya hujan. Tiba-tiba anak perempuan yang paling kecil Asyifa Nur Rahmadhani (8) gelisah dan tidak mau tidur.
"Ada apa nak," tanyanya. Anaknya menjawab ayahnya yang baru lima bulan meninggal memanggil minta tolong hampir tiga kali.
"Kenapa abak (ayah) memanggil mak (ibu), "kata Syifa panggilan sehari-harinya.
"Perasaan Syifa saja, mana mungkin Abak memanggil," jawabnya.
Setelah itu, dia mengajak anaknya rebahan untuk tidur. Namun tiba-tiba anaknya berteriak keras mintak tolong.
Tak lama berselang terdengar suara gemuruh dan bunyi hantaman yang begitu keras. Tanpa dia sadari rumahnya mulai gelap dan dipenuhi lumpur bercampur air setinggi leher.
Di dalam kepanikannya, Yusnimar bisa menggapai kayu yang ada di dekatnya dan berpegangan sambil memanggil anak-anaknya.
"Beruntung saya bisa memegang kayu yang tersangkut dan bisa tempat berpegangan. Saat itu yang teringat hanya anak-anak saya," katanya.
Dengan tenaga seadanya dia memanggil anak-anaknya namun tidak ada yang menjawab. Yang terdengar hanya suara lumpur yang mengalir deras menghantam rumahnya.
Sambil berpegangan di sebatang kayu itu
dia menggapai apa yang dapat dan berjalan secara berlahan meskipun berat di dalam lumpur.
"Waktu itu saya sudah pasrah dan mengira anak-anak dan ayah saya sudah hanyut," ujarnya lirih.
Namun, tak lama kemudian dia mendengar suara memanggilnya.
"Mak, ini Azis," mendengar itu dia bergerak mencari asal suara itu dan langsung menarik anaknya dari lumpur yang telah menutupi hampir sebagian kepala anaknya.
Usai menyelamatkan anaknya yang berumur 15 tahun itu , lalu di kembali mencari anaknya yang lain sambil memanggil-manggil dengan penuh harapan.
"Alhamdulillah suara saya dijawab oleh anak saya yang paling kecil Asyifa dengan suara yang sayup-sayup sambil minta tolong," ujarnya.
Mendengar itu, dia langsung kembali tertatih-tatih mencari asal suara itu karena tidak tau dari mana arahnya karena dalam kegelapan.
Sembari memangil, dia menjangkau apa yang bisa jangkau di kegelapan yang mencekam itu.
Akhirnya usahanya berhasil dengan berhasil menjangkau baju anaknya. Asyifa diangkatnya secara berlahan karena anaknya sudah tertimbun material longsor dalam keadaan lemah.
Tak lama kemudian datang warga sekitar memberikan bantuan dan mencari dua orang anaknya lagi Akbar (17) dan Anton (22). Berkat keyakinan akhirnya keempat anaknya berhasil diselamatkan.
"Awalnya saya sudah pasrah, namun Allah masih sayang pada kami dan berhasil diselamatkan," katanya.
Terakhir, dia bersama warga lainnya bersama-sama mencari keberadaan ayahnya Amirudin (75) yang dalam keadaan sakit stroke.
Ayahnya pun ditemukan sudah tertutup lumpur dan bersama-sama warga lainnya berhasil menarik dan menyelamatkannya.
"Allah maha besar. Meskipun rumah saya habis tak berbekas. Keluarga saya bisa selamat," ucapnya merasa bersyukur.
Dia tidak menyangka rumahnya luluh lantah di hantam longsor, padahal rumahnya berdiri ditanah yang tinggi dibandingkan rumah warga lainnya.
"Saya memiliki enam orang anak. Dua orang anak saya tinggal di rumah eteknya (tante) sedangkan empat lagi tinggal bersama saya. Alhamdulillah bisa selamat," ucapnya sambil mengucapkan rasa syukur.
Menurutnya, kejadian longsor itu yang dipicu intensitas hujan tinggi yang terjadi di daerah itu pada 20-28 November 2025.
Tiga orang masih tertimbun
Bencana longsor di Tinggam, Sinuruik itu menyebabkan lima orang tertimbun longsor.
Dari lima orang itu, dua orang telah ditemukan dengan keadaan meninggal dunia yakni Yelma Yunita (41) ditemukan pada Senin (1/12) dan Raffael Gusti Pratama (7) ditemukan pada Jumat (5/12).
Sedangkan tiga korban lainnya Dian Fernanda (24), Amrizal (38) dan Nurhayati (35) masih dalam pencarian tim gabungan hingga hari ke sepuluh Minggu (6/12) sejak longsor.
Menurut Bupati Pasaman Barat, Yulianto didampingi Wakil Bupati M.Ihpan tim gabungan mulai dari Basarnas, BPBD, TNI, Polri, PMI, kecamatan, nagari, relawan terus bahu membahu mencari korban.
Selain menggunakan alat berat ekskavator, pencarian juga dilakukan secara manual.
Dengan bentangan longsor mencapai satu kilometer dan ketinggian lebih dari 10 meter menyebabkan pencarian sedikit terkendala. Ditambah lagi hujan terus terjadi di daerah itu.
Yulianto mengharapkan doa semua pihak agar pencarian korban dapat membuahkan hasil.
Terhadap keluarga korban juga telah diungsikan dan dibantu. Termasuk korban yang selamat.
Wakil Bupati M.Ihpan menyebutkan korban yang selamat Amirudin (75) yang mengalami stroke juga telah dibantu kursi roda.
Selain longsor di Tinggam Kecamatan Talamau, sebagian besar wilayah Pasaman Barat juga dilanda banjir.
Tercatat data terakhir hingga Sabtu (6/12) malam di posko bencana alam Pasaman Barat bencana alam banjir dan longsor menyebabkan empat orang meninggal dunia, tiga orang hilang, lima orang luka, mengungsi 4.365 jiwa dan 55.300 jiwa.
Selain itu menyebabkan 46 unit rumah rusak berat, 18 unit rusak sedang, 22 unit rusak ringan, 5.171 unit rumah terendam banjir, 13 unit rumah hanyut dan 31 sekolah terdampak.
Juga merusak satu perkantoran, tiga fasilitas kesehatan terdampak, enam tempat ibadah terendam, 12 jembatan rusak, 10 ruas jalan terdampak dan 921,25 hektare lahan pertanian terdampak.

