Padang (ANTARA) - Pakar Polimer Institute Teknologi Bandung (ITB) Prof. Zainal Abidin meminta masyarakat tidak perlu takut berlebihan pada BPA karana produk yang berlabel BPA Free bukan berarti itu aman karena dalam kemasan atau wadah seperti mangkuk terbuat dari bahan-bahan seperti formalin yang dapat menyebabkan kebutaan pada mata dan kerusakan pada otak manusia.
"Jadi jika ditulis BPA free itu benar tetapi penggunaan label dalam kemasan itu useless (sia-sia) karena ada bahan kimia lain yang dapat merusak tubuh manusia. Sedangkan penggunaan label food grade, berarti label ini mengindikasikan kemasan tersebut bebas dari bahan-bahan yang berpotensi membahayakan kesehatan tubuh seseorang," kata Prof Zainal Abidin dalam keterangan tertulis di Padang, Selasa.
Prof Zainal menyatakan label itu tidak melindungi konsumen karena bahan yang memiliki karakteristik seperti BPA itu ada banyak tercantum dalam aturan BPOM.
"Jadi kalau diekspos hanya BPA free maka tidaklah aman, masih menyisakan pertanyaan bagi senyawa-senyawa lainnya," kata dia.
Prof Zainal mengusulkan cukuplah dengan label BPOM, SNI, dan HS number di botol atau wadah utntuk menjamin keamanan dan kesehatan pangan dan obat bagi konsumen.
Menurut dia ini akan lebih memberi jaminan terhadap semua bahan berbahaya dan lebih menjamin kompetisi sehat dalam bisnis dan perdagangan.
Ia menambahkan masyarakat kembali harus segera diedukasi tentang bahaya BPA karena dengan semakin tajamnya teknologi manusia tidak bisa menghindar daru plastik.
"Pemerintah diminta lebih banyak untuk melakukan penelitian Bahaya BPA lebih baik sedia payung sebelum hujan," kata dia.
Menurut Prof. Zainal saat ini BPA tidak hanya terdapat di wadah makanan dan minuman saja, tapi dapat ditemukan pada air, tanah dan udara.
Menurut riset di beberapa negara, BPA juga ditemukan di daging yang kita konsumsi sehari-hari sehingga hal tersebut sudah menjadi hal yang biasa.
"Jika tubuh manusia terpapar BPA sedikit maka tidak akan berpengaruh apa-apa ke tubuh tersebut," kata dia.
Kalau ditambah lagi sedikit (BPA) mungkin akan berpengaruh positif karena tubuh akan menjadi lebih resisten untuk pertahanan diri. Namun, jika jumlah BPA-nya sudah terlalu banyak itu yang tidak diperbolehkan karena akan menimbulkan dampak ke tubuh manusia.
Prof Zainal juga menyampaikan bahwa selama tiga bulan terakhir,m dirinya sudah melakukan penelitian terhadap 10 merk air mineral yang banyak beredar. Penelitian ini berpacu pada kriteria BPOM yaitu, paparan BPA dalam batas BPA yang dapat ditoleransi oleh tubuh yaitu 0,6 mg/kg.
Alat yang digunakan untuk penelitian ini menghasilkan bahwa 10 merk air tersebut aman dikonsumsi karena jumlah BPA-nya adalah 0, atau sama sekali terdeteksi BPA.
Dalam reaksi pembentukan plastik, tidak 100 persen bereaksi sehingga masih ada sisa BPA yang bersifat residu dan jumlahnya tidak banyak.
Jika plastiknya dalam temperatur yang biasa (normal) , maka susah untuk berpindah tapi jika temperatur dinaikan seperti terkena panas, maka kemungkinan besar akan bermigrasi atau berpindah ke tubuh seseorang.
BPA residu ini jika dalam temperatur rendah tergolong aman, masa simpannya rendah juga aman. Karakter BPA adalah bahan kimia yang bisa diolah oleh tubuh yang bisa dikeluarkan lagi dalam bentuk urin dan bentuk keringat. Tapi ada tubuh manusia yang tidak normal tidak bisa berinteraksi. Komunikasi antara sektor sama bahan kimia BPA itu tidak terjadi. Hal tersebut yang menyebabkan kanker.
Bahan kimia yang berbahaya itu banyak contohnya plastik bahan awalnya berbahaya. Tetapi ketika terbentuk menjadi plastik itu aman. Tubuh bisa menerima BPA sehari itu 0,6 mg/kg dikali dengan berat badan dan hasilnya merupakan maksimal yang dapat diterima oleh tubuh manusia.
"Itu kadar dimana BPA masuk bisa keluar lagi," kata dia.