Zahra Mardiah : RPJPD Pesisir Selatan 2025-2045 mesti libatkan Gen-Z

id Zahra Mardiah,RPJPD Pesisir Selatan,Berita pessel,Berita sumbar

Zahra Mardiah : RPJPD Pesisir Selatan 2025-2045 mesti libatkan Gen-Z

Zahra Mardiah Anwar saat menyampaikan presentasinya.

Painan (ANTARA) - Tokoh muda Pesisir Selatan, Sumatera Barat Zahra Mardiah Anwar meminta pemerintah kabupaten agar melibatkan generasi muda, utamanya Gen-Z dalam pembangunan agar daerah tidak kehilangan momentum bonus demografinya.

Selama ini pelibatan pemuda sangat minim, sehingga banyak potensi milenial yang tidak termanfaatkan. Padahal sejarah mencatat kaum muda sebagai salah satu kelompok yang mendorong proklamasi kemerdekaan Indonesia.

"Makanya Bung Karno mengatakan dengan 10 pemuda ia akan guncang dunia. Ini mesti kita maknai dengan baik," ungkapnya saat menjadi narasumber penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2025-2045 di Painan.

Pengayaan materi turut diberikan Anggota DPR-RI Darizal Basir. Mantan bupati Pesisir Selatan periode 1995-2005 itu menekankan pada pondasi pembangunan yang telah ia letakkan.

Selain itu juga akademisi Universitas Negeri Padang (UNP) Reno Fernandes yang menitik beratkan arah pembangunan pada bidang kualitas sumber daya manusia lewat pemanfaatan teknologi informasi.

Zahra melanjutkan pernyataan bapak pendiri Bangsa itu sangat jelas menyiratkan pemuda sebagai kekuatan besar. Mutiara terpendam yang mesti diasah dan ditempa dan menjadi berharga di masanya.

Secara historis pergerakan pemuda mulai terorganisir pada 20 Mei 1908 melalui organisasi Budi Utomo yang diprakarsai siswa STOVIA, bahkan kini diperingati sebagai hari kebangkitan nasional.

Titik balik perjuangan yang awalnya melalui gerakan fisik menjadi gerakan intelektual itu selanjutnya melahirkan kongres II pemuda Indonesia yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

"Pergerakan kaum muda ini merupakan tonggak penting dalam sejarah perjuangan Bangsa," tutur alumni Komunikasi Universitas Brawijaya itu.

Minimnya keterlibatan generasi muda dalam upaya percepatan pembangunan daerah cenderung pada faktor kebiasaan turun temurun dan sekedar asumsi karena menganggap kurang pengalaman.

Generasi muda kerap dikodifikasi sebagai kelompok yang belum matang. Padahal di banyak tempat generasi muda telah mengisi berbagai posisi penting, bahkan ada yang menjabat sebagai staf khusus presiden.

Sebagai contoh misalnya Belva Founder ruang guru yang kini didapuk sebagai staf khusus Presiden Joko Widodo. Begitu pula dengan Faldo Maldini yang didaulat menjadi Staf Khusus Mensesneg.

Valentine Strasser di usianya yang 25 tahun sukses menjadi Presiden Siera Leone pada 1992-1996 atau presiden termuda di dunia ketika itu dan berbagai peranan penting lainnya yang dipegang generasi muda.

Generasi Z atau anak yang lahir 1997-2012 memegang peran penting mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs). Ia memiliki akses dan pengetahuan yang luas terkait isu-isu sosial dan kemanusiaan.

"Artinya mereka berpotensi besar untuk memimpin dan membantu mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan," jelasnya.

Menurut Zahra pemerintah kabupaten dalam RPJPD 2025-2045 mesti memberikan peluang dan ruang yang jelas pada generasi muda demi terwujudnya Indonesia Emas 2045.

Sebab berdasarkan data BPS, Kabupaten Pesisir Selatan memiliki jumlah penduduk usia 11 tahun-27 tahun lebih dari 200 ribu jiwa atau sekitar 45 persen dari 516 jiwa total populasi.

Secara psikis generasi muda merasa lebih senang jika terlibat dalam kegiatan, bahkan memiliki rasa bersalah yang tinggi jika tidak mampu menyelesaikan beban tugas yang diberikan pada mereka.

Apalagi generasi muda Pesisir Selatan tidak kalah dengan daerah lain. Mereka tumbuh dan dibesarkan dengan omega asupan tiga yang cukup sebagai nutrisi perkembangan otak.

Banyak diantaranya yang punya pengaruh besar, bahkan Ilyas Yakub sejak usia belia turut dalam pergerakan cita-cita Indonesia merdeka. "Artinya kita punya potensi yang sangat besar dari dulu," ungkapnya.

Jika tidak dimulai dari sekarang kata Zahra dirinya khawatir generasi muda atau Gen-Z bukan sebuah bonus demografi, tapi malah menjadi persoalan baru.

Generasi yang seharusnya sebagai pelaku pembangunan 10 tahun-20 tahun ke depan sebaliknya justeru jadi beban bagi daerah akibat tercatat sebagai pengangguran.

Karena itu ia menawarkan tiga langkah utama agar generasi muda, khususnya Gen-Z benar-benar menjadi bonus demografi, bukan beban atau bencana tersendiri bagi daerah.

Pertama membantu mereka menemukan dan mengeksplor minat serta potensi masing-masing melalui bertanya. Kedua, beri mereka ruang kepercayaan untuk bisa mandiri.

"Ketiga, percayai kemampuan mereka untuk memimpin. Intinya, siapkan mereka sebagai agen pembangunan, karena masa depan itu adalah sekarang," sebutnya.