Pemkab Solok Selatan optimalkan sinergi untuk penanganan stunting

id Kesadaran gizi, dan perilaku, hidup bersih, penyebab stunting,solok selatan

Pemkab Solok Selatan optimalkan sinergi untuk penanganan stunting

Kepala Dinas Kesehatan Solok Selatan Pendewal (kiri) menyerahkan bahan makanan bergizi dan susu bagi balita guna percepatan penanggulangan stunting kepada seorang ibu rumah tangga. (ANTARA/Erik)

Solok Selatan (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat mengoptimalkan sinergi semua pihak terkait, termasuk kalangan swasta, untuk pencegahan dan penanganan stunting di daerah setempat.

Asisten Administrasi Umum Sekretaris Daerah Kabupaten Solok Selatan Irwanesa di Padang Aro, Selasa, meminta seluruh jajaran pemerintah kabupaten, kecamatan, hingga nagari, termasuk pihak swasta di daerah itu, menjalankan peran masing-masing secara optimal dalam pencegahan dan penanganan stunting.

Masalah penganggaran nagari setidaknya 10 persen dari total APB Nagari guna penanganan stunting, juga ditekankan untuk terus dijalankan dan disalurkan secara optimal.

"Alokasikan minimal 10 persen APB Nagari untuk penanganan stunting, seperti rehab poskesdes dan polindes dan bisa juga digunakan untuk penyediaan makanan sehat untuk bayi dan balita, ibu hamil, sanitasi dan air bersih, serta MCK," ujarnya.

Dia mengatakan bahwa tingkat kecamatan harus dipastikan koordinasi seluruh elemen agar berjalan dengan mantap sehingga perencanaan program penanganan stunting bisa dilaksanakan berbasis data.

Langkah lainnya, ujarnya, bisa dengan pembangunan sanitasi, air bersih, penyediaan pangan aman dan bergizi, serta membangkitkan kepedulian individu terhadap kasus stunting.

"Optimalkan peran masyarakat dan pastikan setiap intervensi yang diperlukan sampai tingkat keluarga yang kategori rawan stunting," ujarnya.

Ia menjelaskan kesadaran masyarakat terkait dengan pemenuhan gizi serta perilaku hidup bersih dan sehat berperanan penting dalam pencegahan dan penanganan stunting.

"Permasalahan krusial yang perlu menjadi perhatian khusus dalam percepatan penurunan stunting stunting adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap gizi baik dan perilaku hidup bersih dan sehat dan kedua hal ini cukup krusial," katanya.

Dia mengakui kondisi stunting di daerah setempat saat ini terbilang kurang baik lantaran menurut Survei Status Gizi Indonesia, terjadi peningkatan prevalensi stunting pada 2022 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Permasalahan lainnya yang harus diperhatikan, katanya, antara lain ketersediaan antropometri kit, alat untuk mendeteksi stunting pada anak yang memadai di kabupaten ini, yang patut menjadi perhatian.

Selain itu, katanya, sumber air minum dan sanitasi yang layak, serta intervensi spesifik dan sensitif yang harus dioptimalkan.