Ayahanda Gubernur Sumbar dimakamkan di Gadut Agam

id rumah duka ayahanda gubernur sumbar,ayahanda gubernur sumbar wafat,berita sumbar,berita bukittinggi,berita agam

Ayahanda Gubernur Sumbar dimakamkan di Gadut Agam

Suasana di rumah duka orangtua laki-laki dari Gubernur Sumbar yang baru saja wafat, Almarhum Mardanis meninggal dunia dalam usia 82 tahun dan dimakamkan di Nagari Gadut, Agam. (Antara/Alfatah)

Bukittinggi, (ANTARA) - Ayahanda Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi,yakni Mardanis meninggal dunia pada Selasa dini hari dan jenazah dimakamkan di Nagari Gadut, Kabupaten Agam dengan diiringi ratusan pelayat.

Mardanis meninggal dunia dalam usia 82 tahun di RSAM Bukittinggi, Gubernur Sumbar Mahyeldi menyempatkan menulis dalam halaman media sosialnya tentang kepulangan ayahnya yang akrab dipanggil Abak Mardanis.

"Telah berpulang ke Rahmatullah, orang tua kami Abak Mardanis jam 02.43 dini hari, semoga beliau husnul khatimah, diberi ampunan dan Allah limpahkan rahmat yang seluasnya, mohon dimaafkan kalau sekiranya ada kesalahan beliau," tulis Mahyeldi.

Baca juga: Ayahanda Gubernur Sumbar berpulang di RSAM Bukittinggi

Gubernur Sumbar, Mahyeldi sampai di rumah duka pagi tadi sekitar pukul 09.30 WIB, ia didampingi rombongan dari Pemprov Sumbar.

Sebelum kedatangan gubernur, rumah duka sudah dipenuhi pelayat dari berbagai unsur masyarakat sejak pagi hari.

Ratusan pelayat dari berbagai kalangan dan daerah tampak hadir ke rumah duka yang berada di Nagari Gadut, Kabupaten Agam, di antaranya Wali Kota Bukittinggi Erman Safar dan mantan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.

Kakanwil Kemenkum HAM Sumbar R Andhika Dwi P dan Kalapas Bukittinggi, Marten juga hadir bersama para kepala dinas Pemprov Sumbar seperti Medi Iswandi dan Barlius.

Mardanis dimakamkan di pandam pekuburan keluarga yang berada beberapa meter dari rumah kediaman di Sungai Talang, Jorong PSB, Nagari Gadut, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam.

Sebelumnya jenazah dishalatkan di Masjid Ihsan, Sungai Talang, Gadut.

Almarhum merupakan datuk atau tokoh adat dari kaumnya persukuan Tanjung, para pelayat disambut dengan tradisi panitahan. (*)