Padang (ANTARA) - Tim Pengabdian Masyarakat Politeknik ATI Padang membuat instalasi digester dan menggelar pelatihan pembuatan biogas dari kotoran sapi yang digunakan untuk penunjang proses produksi keju dan bahan bakar dapur rumah tangga di Nagari Lasi, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
"Kami melihat kuantitas kotoran sapi dari peternakan di daerah itu jumlahnya cukup banyak dan belum termanfaatkan secara maksimal. Selama ini kotoran sapi sebagian diubah menjadi kompos dan sisanya terbuang. Padahal kotoran sapi sebenarnya dapat diolah untuk menghasilkan biogas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar," kata Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Politeknik ATI Padang Rudianto MT di Padang, Jumat.
Menurut dia dengan pembuatan digester selain menghasilkan biogas, sisa dari proses fermentasi di dalam digester menghasilkan kompos yang kualitasnya baik.
Ia menceritakan pada 2016 di Nagari Lasi berdiri peternakan sapi perah yang cukup besar dengan jumlah sapi mencapai 50 ekor yakni Lassy Dairy Farm.
Dari Lassy Dairy Farm ini kemudian berdiri sebuah badan usaha yang masuk pada kategori UKM yaitu CV Kejulasi yang bergerak dalam usaha pembuatan keju mozzarella.
Berdirinya peternakan dan badan usaha ini berdampak positif bagi perekonomian masyarakat. Peternakan telah menstimulasi masyarakat untuk geliat usaha.
Sebagian masyarakat ada yang ikut berternak sapi dalam jumlah kecil, dan menjadi plasma bagi Lassy Dairy Farm dalam penyediaan susu sapi murni dan segar. Ada juga masyarakat yang bergerak di bidang usaha pengadaan pakan ternak, dan ada yang mengolah limbah peternakan.
Ia menemukan bahwa satu ekor sapi dewasa menghasilkan limbah berupa feses sebanyak 50 liter dalam satu hari. Saat ini, jumlah sapi secara keseluruhan di Nagari Lasi mencapai angka seribu ekor. Jika dikalkulasikan, ada sekitar 50.000 liter kotoran sapi yang dihasilkan dari seluruh peternakan yang ada.
Sejauh ini, kotoran sapi baru dimanfaatkan untuk diolah menjadi kompos yang bernilai ekonomis dan menjadi sumber penghasilan masyarakat.
Namun dengan volume kotoran sapi yang besar yang dihasilkan di Nagari Lasi, sesungguhnya bisa diolah menjadi menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, ujarnya.
Selama ini CV Kejulasi dalam memproduksi keju jenis mozzarella, untuk proses pemanasan masih menggunakan bahan bakar gas elpiji.
"Pengolahan kotoran sapi dari peternakan inti dan dari plasma untuk menghasilkan biogas diharapkan bisa menjadi pengganti gas elpiji sebagai bahan bakar," kata dia.
"Selain untuk bahan bakar produksi keju, biogas yang dihasilkan juga didistribusikan kepada masyarakat sebagai bahan bakar dapur rumah tangga. Bahkan ekspektasi ke depannya bisa juga sebagai bahan bakar pembangkit listrik yang bisa dimanfaatkan orang banyak," ujarnya.
Pihaknya kemudian membuat alat pengolah kotoran sapi untuk menghasilkan biogas sehingga limbah peternakan dapat memberikan benefit yang lebih.
Untuk tahap awal, dilakukan pembangunan digester skala kecil dengan volume 3.100 liter. Kapasitas ini cukup untuk menampung kotoran sapi dari peternakan Lassy Dairy Farm.
" Dari sapi yang ada di farm, kotoran yang dihasilkan adalah sekitar 2.000 liter per hari," katanya.
Digester yang dibangun berkapasitas 3.100 liter, dengan ekspektasi biogas yang dihasilkan dalam sekali proses adalah 126 m3 atau setara dengan 19 tabung kemasan gas elpiji tiga kilogram.
Jumlah tersebut dirasa cukup untuk kebutuhan proses produksi keju mozzarella dan untuk bahan bakar dapur rumah tangga di sekitar lokasi CV Kejulasi.
Ia menambahkan digester yang dibuat diserahkan kepada UKM dan dipantau pemanfaatannya. Penyerahan digester dilakukan oleh Zulhamidi, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Agro Politeknik ATI Padang bersama Ketua Tim Pengabdian Masyarakat kepada Suhatril, MT selaku pimpinan CV. Kejulasi.
Tim Pengabdian Masyarakat juga memberikan layanan konsultasi pengoperasian digester mesin dan layanan teknis jika ada kendala yang ditemukan.
Tim pengabdian masyarakat Politeknik ATI Padang yang diketuai Rudianto, MT ini beranggotakan Zulhamidi, MT, Pharmayeni, M.Sc, Irna Ekawati, MT dan Gustiarini Rika Putri, MP.