New York (ANTARA) - Wall Street turun tajam pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), tertekan saham Netflix yang anjlok setelah laporan pendapatannya lemah, menutup minggu yang brutal dengan melihat S&P 500 dan Nasdaq mencatat persentase penurunan mingguan terbesar sejak awal pandemi pada Maret 2020.
Indeks Dow Jones Industrial Average terperosok 450,02 poin atau 1,3 persen, menjadi menetap di 34.265,37 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 84,79 poin atau 1,89 persen, menjadi berakhir di 4.397,94 poin. Indeks Komposit Nasdaq terjungkal 385,10 poin atau 2,72 persen, menjadi ditutup di 13.768,92 poin.
Untuk minggu ini, indeks S&P 500 merosot 5,7 persen, membukukan penurunan minggu ketiga berturut-turut, indeks Dow terpangkas 4,6 persen dan jatuh untuk sesi keenam berturut-turut, penurunan harian terpanjang sejak Februari 2020. Sementara Nasdaq tergelincir 7,6 persen minggu ini.
Penurunan juga semakin dalam untuk Nasdaq setelah indeks teknologi berat awal pekan ini mengkonfirmasi berada dalam wilayah koreksi, ditutup turun lebih dari 10 persen dari puncak November. Nasdaq sekarang telah jatuh 14,3 persen dari tertinggi November dan pada Jumat (21/1/2022) ditutup pada level terendah sejak Juni.
Saham Netflix terjun 21,8 persen, membebani S&P 500 dan Nasdaq, setelah raksasa streaming itu memperkirakan pertumbuhan pelanggan yang lemah. Saham pesaingnya, Walt Disney anjlok 6,9 persen, menyeret Dow, sementara Roku juga tergelincir 9,1 persen.
"Ini benar-benar merupakan kelanjutan dari kekalahan teknologi," kata Paul Nolte, manajer portofolio di Kingsview Investment Management. "Ini benar-benar kombinasi dari rotasi teknologi serta angka-angka yang sangat buruk dari Netflix yang menurut saya merupakan katalis untuk hari ini."
"Ketika pasar menjadi seperti yang mereka dapatkan minggu ini, emosilah yang mengambil alih," kata Jim Paulsen, kepala strategi investasi di The Leuthold Group. "Sampai menemukan dukungan, tidak ada yang akan peduli tentang sesuatu yang mendasar."
Saham dimulai dengan awal yang sulit pada tahun ini, karena kenaikan cepat dalam imbal hasil obligasi AS di tengah kekhawatiran Federal Reserve akan menjadi agresif dalam mengendalikan inflasi yang terutama memukul saham-saham teknologi dan pertumbuhan.
Investor sangat fokus pada pertemuan Fed minggu depan untuk kejelasan lebih lanjut tentang rencana bank sentral untuk memperketat kebijakan moneter dalam beberapa bulan mendatang, setelah data pekan lalu menunjukkan harga konsumen AS pada Desember mengalami kenaikan tahunan terbesar dalam hampir empat dekade.
"Antara pertemuan Fed dan laporan pendapatan, ada banyak hal yang pasar bisa khawatirkan minggu depan," kata Anu Gaggar, ahli strategi investasi global di Commonwealth Financial Network.
Apple, Tesla dan Microsoft adalah di antara perusahaan besar yang akan melaporkan hasil keuangan mereka minggu depan yang sibuk.
Sekitar 14,6 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, dibandingkan dengan rata-rata harian 10,4 miliar selama 20 sesi terakhir. (*)
Berita Terkait
Saham Wall Street ditutup lebih tinggi, Dow bukukan kenaikan hari kedelapan
Kamis, 20 Juli 2023 7:41 Wib
Jokowi dijadwalkan temui pelajar dan resmikan Papua Street Carnival
Jumat, 7 Juli 2023 8:48 Wib
Saham-saham Wall Street Sabtu pagi berakhir turun tajam tertekan kecemasan penularan bank
Sabtu, 18 Maret 2023 6:47 Wib
Saham-saham Wall St Selasa pagi sebagian besar turun terseret saham bank, Nasdaq menguat
Selasa, 14 Maret 2023 7:09 Wib
Saham-saham Wall Street Kamis pagi beragam, investor bidik data pekerjaan mendatang
Kamis, 9 Maret 2023 7:11 Wib
Saham-saham Wall St Rabu pagi anjlok imbas Powell isyaratkan kenaikan suku bunga lebih tajam
Rabu, 8 Maret 2023 6:28 Wib
Saham-saham Wall Street Selasa pagi ditutup beragam jelang kesaksian Powell, laporan pekerjaan
Selasa, 7 Maret 2023 6:34 Wib
Saham-saham Wall Street Jumat pagi menetap lebih tinggi setelah imbal hasil obligasi melemah
Jumat, 3 Maret 2023 6:20 Wib