Puluhan petani Danau Maninjau tolak pengurangan KJA

id keramba jaring apung,danau maninjau,agam

Puluhan petani Danau Maninjau tolak pengurangan KJA

Petani KJA Danau Maninjau sedang memegang spanduk penolakan dihadapan Kantor Camat Tanjungraya, Senin (14/6). (ANTARA/Yusrizal)

​​​​​​​Lubukbasung, (ANTARA) - Puluhan petani budidaya ikan di Danau Maninjau Kabupaten Agam, Sumatera Barat mendatangi lokasi diskusi dan diseminasi hasil-hasil kelitbang di Kantor Camat Tanjungraya, Senin (14/6), untuk menolak penertiban Keramba Jaring Apung (KJA) di danau vulkanik itu.

Puluhan petani itu menggunakan sepeda motor, minibus dan truk. Sesampainya di Kantor Camat Tanjungraya, sekitar pukul 10.15 WIB, petani memasang empat spanduk di pagar jalan masuk kantor camat.

Spanduk itu berisikan "Selamatkan jiwa kami jangan bunuh usaha kami", "Kami masyarakat Joron Rambai Nagari Koto Malintang menolak program pemerintah tentang pengurangan KJA di wilayah kami", lalu "Kami menolak pengurangan KJA di Danau Maninjau" dan "Dengan keramba kami bisa ciptakan lapangan pekerjaan".

Salah seorang petani KJA, Edi di Lubukbasung, Senin, mengatakan kedatangan petani ke lokasi kelompok diskusi mata pencaharian alternatif masyarakat sekitar Danau Maninjau itu karena kegamangan mereka dengan program dari pemerintah terkait pengurangan KJA di Danau Maninjau.

"Kami datang ke sini untuk mendengarkan hasil diskusi dan tidak melakukan aksi orasi atau aksi lainnya," katanya.

Ia menambahkan, petani itu merupakan perwakilan sembilan nagari atau desa adat di Kecamatan Tanjungraya.

Selain itu, aksi itu juga dihadiri pengusaha, pekerja dan lainnya.

Sementara petani KJA lainnya, Erdi Anto menambahkan petani, pengusaha, pekerja dan lainnya menolak pengurangan KJA, karena merupakan penyokong ekonomi masyarakat setempat.

Namun petani mendukung pendataan dan pengaturan KJA di Danau Maninjau.

"Kami menolak pengurangan atau zonasi KJA di satu tempat, karena berdampak terhadap ekonomi masyarakat," katanya.

Ia mengakui, KJA itu pertama kali dikembangkan oleh Yulianus pada 1993.

Berselang waktu, tambahnya, KJA berkembang dengan pesat akibat ekonomi masyarakat semakin membaik, karena membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dari buruh bongkar ikan, bedagang ikan, bedagang makanan dan minuman.

Namun pada 1997, ikan mulai mati secara masal akibat tubo barelang.

Wakil Kepolisian Resor Tanjungraya, Iptu Akhiruddin menambahkan pihaknya mengerahkan 14 personel dalam mengawasi aksi dari petani

14 anggota terlibat dalam mengawal aksi sekitar 50 orang petani.

"Kita melakukan pengamanan timbal balik, baik dari peserta diskusi dan masyarakat," katanya. (*)