Padang (ANTARA) - Waktu menunjukan pukul 03.00 WIB dini hari, dan seakan tanpa dikomando, ratusan santri di Pondok Pesantren Kanzul Ulum mulai bangun satu per satu untuk bersiap melaksanakan ibadah shalat malam.
Berada di Pasir Kandang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat, dan hanya berjarak 100 meter dari pinggir pantai embusan angin laut terasa kuat menerpa tubuh.
Dinginnya udara pagi itu tak menyurutkan langkah para santri untuk segera berwudhu dan menuju masjid yang hanya berjarak 50 meter dari bangunan asrama tempat mereka menginap.
Selama bulan Ramadhan 1422 Hijriah, para santri bangun lebih awal dibandingkan hari biasa karena akan menunaikan shalat malam dengan bacaan Al Quran minimal setengah juz.
Jika dalam bulan Ramadhan panjang bacaan Al Quran saat shalat malam setengah juz, di luar Ramadhan lebih panjang lagi mencapai satu juz karena tidak ada santap sahur.
Usai shalat malam aktivitas dilanjutkan dengan santap sahur bersama. Menggunakan talam di atasnya telah terhidang nasi panas dan lauk untuk disantap empat santri per satu talam.
Selepas sahur para santri melanjutkan dengan membaca amalan yaumiah menjelang Subuh membaca beberapa penggalan surat pendek dalam Al Quran untuk memperkuat rohani.
Azan subuh pun berkumandang dengan indah, menjelang iqomat mulut santri komat-kamit berzikir dan dilanjutkan dengan shalat Subuh berjamaah.
Selepas Subuh para santri melanjutkan kegiatan dengan membaca hadis bersama ustadz.
Jangan mengira selepas Subuh para santri akan bisa sedikit beristirahat karena mereka langsung masuk kelas untuk mengikuti pelajaran pertama di hari itu.
Tepat pukul 06.30 WIB akhirnya pelajaran pertama selesai. Para santri melanjutkan dengan kegiatan pribadi mulai dari mandi hingga sarapan.
Pukul 08.00 WIB para santri kembali melanjutkan pelajaran hingga 10.30 WIB. Dan setelah itu mereka diberi kesempatan tidur siang hingga pukul 11.45 WIB.
Setelah shalat Zuhur pada pukul 13.30 WIB aktivitas belajar kembali di kelas masing-masing. Sebelum Ashar santri menambah kosa kata bahasa Arab.
Selepas Ashar para santri melaksanakan aktivitas pribadi seperti mencuci pakaian hingga melanjutkan hafalan.
Pada pukul 17.30 WIB para santri santap malam dan selepas Maghrib kembali belajar di kelas menambah hafalan Al Quran hingga Isya.
Pukul 22.00 WIB semua lampu dipadamkan dan semua santri wajib tidur kecuali tiga orang santri yang melakukan hirosah atau jaga malam.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Kanzul Ulum Abdurrahman Win di pesantren ini terdapat dua kategori siswa yaitu kelas alim dan tahfiz. Kelas Alim diikuti santri yang tamat SD dan menempuh pendidikan selama enam tahun dengan mempelajari berbagai kitab. Sedangkan kelas tahfiz khusus menghafal Al Quran dan akan diwisuda jika target hafalan sudah tercapai.
Kendati demikian santri kelas alim wajib menghafal Al Quran minimal dua juz dalam setahun. Sementara kelas kelas tahfiz dipatok target hafalan minimal 5 juz per tahun.
"Jika target tidak tercepat akan dipotong libur 10 hari sehingga mereka akan lebih terpacu," ujarnya
Di luar ilmu agama para santri tetap diajarkan matematika dan bahasa Inggris.
Pendidikan gratis
Menariknya, di Pesantren Kanzul Ulum biaya pendidikan gratis dan santri cukup membayar uang makan dan biaya perawatan asrama Rp500 ribu per bulan.Sedangkan untuk biaya gaji guru ditanggung sepenuhnya oleh keluarga pendiri.
Santri yang menuntut ilmu di pondok ini berasal dari hampir semua kabupaten dan kota di Sumbar hingga luar provinsi seperti Riau. Bagi santri yang orang tuanya kurang mampu tetap dapat belajar namun mengikuti kegiatan khidmat sebagai kompensasi pembayaran uang makan bulanan.
Kini tercatat sebanyak 240 santri menuntut ilmu di sini diasuh 18 guru. Terdiri atas santri alim 48 dan sisanya tahfiz 192 orang.
Bagi santri kelas tahfiz syarat bisa lulus adalah mampu membaca Al Quran 30 juz mulai dari Surat Alfatihah hingga Annas. Untuk ujian dimulai pukul 00.00 WIB dan biasanya selesai menjelang Isya.
Santri yang mengikuti ujian tahfiz diberi toleransi kesalahan 15 kali dan jika sudah hampir rampung membaca hafalan namun kesalahan sudah melebih 15 kali maka harus ujian ulang dalam waktu sepekan kemudian.
Para siswa yang telah lulus ujian hafal Al Quran akan diberikan ijazah dari pesantren. Selain itu pesantren juga memfasilitasi santri ikut ujian paket A dan B untuk ijazah penyetaraan.
Sistem pendidikan di Pesantren Kanzul Ulum mengadopsi konsep yang diterapkan di Pondok Pesantren Temboro, dan Pesantren Gontor di Jawa Timur.
Tidak hanya mengikuti pelajaran agama para santri juga mengikuti pelajaran olahraga dan salah satu yang menarik adalah pengelola membeli beberapa ekor kuda untuk dipakai siswa di jam senggang.
"Makanya para santri senior pun cukup mahir dan terlatih berkuda," lanjut Abdurrahman.
Tidak hanya itu santri juga dibekali olahraga bela diri wushu sekali sepekan.
Para santri hanya dibolehkan pulang ke rumah sekali setahun yaitu pada 21 Ramadhan dan harus kembali ke sekolah pada 10 Syawal atau mendapat jatah libur 20 hari.
Pada akhir pekan kendati santri tidak belajar namun tetap berada di pondok.
"Boleh keluar di hari Minggu pukul 09.00 WIB sekali sebulan tapi sebelum Ashar sudah harus kembali ke pondok," ujarnya.
Bagi santri yang melanggar karena terlambat pulang maka mendapatkan sanksi tidak boleh keluar pada bulan berikutnya.
Kanzul Ulum memiliki makna khazanah ilmu yang menjadi cita-cita pendiri pesantren agar sekolah ini menjadi gudang tempat para santri menimba ilmu.
Awal mula
Dimulai dari nol bangunan pondok awal mulanya adalah bekas kandang kambing yang kemudian direhabilitasi menjadi kamar bagi santri pada 2014 dan kini bangunan berdiri di atas lahan 1.800 meter untuk putra dan 1.000 meter untuk pondok putri.
Santri lulusan Kanzul Ulum untuk kelas tahfiz ditargetkan dapat menjadi "Al Quran berjalan". Sedangkan kelas alim menjadi ulama yang siap berdakwah di tengah masyarakat.
Untuk penerimaan santri baru dibuka di bulan Syawal bersamaan dengan hari pertama belajar setelah libur yaitu pada 10 Syawal.
Sedangkan bagi santri tahfiz penerimaan setiap saat karena tidak terkait dengan kawan-kawan lain karena begitu masuk bisa langsung memulai hafalan Al Quran, kata dia.
Sementara Wakil Pimpinan Pondok Pesantren Kanzul Ulum, Maulana Hizbul mennjelaskan bahwa konsep pendidikan di pesantren mengusung konsep tabligh.
Penekanannya, para santri menghafal hadis, di kelas 1 diberi target menghafal 100 hadis, kelas 2 40 hadis Arbain Nawawi dan kelas 3 hadis Fathul Qorib.
"Minimal santri bisa hafal 1.000 hadis setelah lulus," ujarnya.
Ia menceritakan latar belakang keluarga santri berasal dari keluarga kurang mampu dan banyak di antara mereka yang diantarkan orang tua karena merasa sudah tak sanggup mendidik anak di rumah.
"Namun berkat kesabaran dan kegigihan para guru dan disiplin yang ketat akhirnya para santri lambat laun mulai berubah dan betah menuntut ilmu," kata dia.
Sementara salah seorang santri Kanzul Ulum, Mujahid merasa senang bisa menuntut ilmu di pondok ini karena selain banyak belajar hadis juga menghafal Al Quran.
Ia juga senang karena juga bisa belajar berkuda dan Mujahid merupakan salah seorang santri yang terlatih menunggang kuda.