UPTD Layanan Disabilitas Padang jadi percontohan oleh daerah lain

id berita padang,berita sumbar,autis

UPTD Layanan Disabilitas Padang jadi percontohan oleh daerah lain

Anak-anak berkebutuhan khusus yang mengikuti pelayanan di UPTD. LDPI tengah menjalani kegiatan aquatic therapy di kolam renang UNP. (antarasumbar/istimewa)

PLA dari daerah lain banyak yang menjadikan UPTD kami sebagai percontohan,
Padang (ANTARA) - UPTD Layanan Disabilitas dan Pendidikan Inklusif (LDPI) yang sebelumnya dikenal dengan UPT. Pusat Layanan Autis (PLA) di Padang menjadi percontohan bagi daerah lain di Indonesia dalam hal pelayanan, kelembagaan dan kajian akademis hingga bisa menjadi sebuah UPTD.

Kepala Tata Usaha UPTD Layanan Disabilitas dan Pendidikan Inklusif (LDPI) Dinas Pendidikan Kota Padang, Gama Hartadini di Padang, Rabu, mengatakan banyak PLA dari berbagai daerah di Indonesia yang datang ke UPTD LDPI untuk belajar kelembagaan untuk mendirikan sebuah UPTD.

"PLA dari daerah lain banyak yang menjadikan UPTD kami sebagai percontohan, mereka ingin tahu bagaimana kami dari berstatus UPT.PLA bisa menjadi UPTD LDPI," kata dia.

Wanita yang akrab dipanggil Dini itu mengatakan banyak kunjungan dari berbagai daerah seperti dari Wali Kota Denpasar bersama rombongan dan anggota dewan dari Semarang datang ke tempatnya untuk belajar kelembagaan.

Dini mengatakan UPTD LDPI hanya ada satu di Sumatera Barat yang saat ini berlokasi di Jalan Kampung Jambak, Kelurahan Gunung Sarik, Kecamatan Kuranji, Kota Padang. UPTD tersebut menjadi percontohan nomor satu di Indonesia.

"Untuk mendirikan sebuah UPTD harus ada kajian akademis yang disetujui oleh Kemendagri dan kita yang pertama yang mendirikan itu sehingga PLA dari seluruh Indonesia mencontoh pada kami," ucapnya.

Selain itu, perhatian Pemkot Padang untuk mendukung layanan UPTD tersebut cukup tinggi sebab anggaran yang diterima setiap tahun selalu di atas Rp1 miliar untuk keperluan operasional kantor, pelatihan guru dan tim LDPI, workshop, Bimtek dan sebagainya.

UPTD LDPI di Padang melayani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau penyandang disabilitas baik yang berada di Padang ataupun daerah sekitarnya mulai usia 2 tahun sampai 18 tahun dan tanpa dipungut biaya.

Layanan yang diberikan ada bermacam-macam seperti layanan asesmen, layanan intervensi terpadu, konsultasi tenaga ahli, aquatic therapy, bermain musik, menggambar dan mewarnai serta banyak lagi yang lainnya.

Kemudian, fasilitas yang dimiliki yaitu ruang asesmen, ruang informasi, ruang intervensi okupasi, ruang modifikasi perilaku, ruang bina wicara, ruang bina diri, ruang fisioterapi, ruang bermain, ruang sensori integrasi, ruang snouzelen, ruang kelas musik, ruang minimarket, ruang perpustakaan, ruang ibadah dan kolam renang.

Dari fasilitas yang telah dimiliki, Dini menyampaikan jika saat ini kolam renang yang ada di layanan tersebut tidak sesuai standar dan dibuat ala kadarnya untuk itu ia berharap adanya anggaran dari pemerintah ataupun pihak lain untuk menyediakan kolam renang yang layak.

Menurutnya, kolam renang itu sudah ada sejak sebelum UPTD LDPI berdiri sehingga pihaknya hanya menerima fasilitas yang sudah ada saja namun untuk fasilitas kolam renang masih jauh dari standar.

"Kami sangat mengharapkan adanya bantuan dari pemerintah ataupun dari dana pokir untuk penyediaan kolam renang yang lebih layak karena kolam kami saat ini jauh dari standar dan sangat kecil sehingga kami terpaksa pergi berenang di tempat lain," ujarnya.

Dini mengatakan kolam renang yang dimiliki saat ini ukurannya kecil dan berada di luar ruangan serta tidak ada saluran pembuangan air sehingga pihaknya terpaksa menyedot dengan selang untuk mengeluarkan air kolam.

Selain itu, pihaknya juga butuh anggaran untuk merehab kantor karena anggaran yang diterima saat ini masih sedikit dan tidak cukup untuk merehab gedung kantor yang cukup besar.

Adapun sasaran kerja LDPI adalah anak yang lambat dalam tumbuh dan kembangnya, anak yang kemampuan akademik berada dibawah rata-rata, anak yang mengalami kesulitan belajar, anak yang sudah diterima di sekolah reguler namun belum melakukan asesmen.

Selain itu, anak yang mengalami hambatan dalam menulis, membaca, dan berhitung, orang tua yang memerlukan bimbingan tentang anaknya yang berkebutuhan khusus, anak SLB yang direkomendasikan ke sekolah inklusi, anak yang masih diragukan akademiknya dalam mempersiapkan UN.

Terakhir, anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa, bicara, gagap, sosial, psikologis, sensomotor, autis, ADHD atau ADD.