Padang, (ANTARA) - Bank Indonesia mencatat Sumatera Barat mengalami deflasi sejak empat bulan terakhir mulai dari Agustus hingga November 2019.
"Pada November 2019 Sumbar mengalami deflasi sebesar 0,31 persen atau relatif sama dibandingkan Oktober 2019 yang berada pada angka 0,30 persen," kata Kepala BI perwakilan Sumbar Wahyu Purnama di Padang, Kamis.
Menurut dia laju deflasi Sumatera Barat pada November 2019 lebih dalam dibanding deflasi kawasan Sumatera yang sebesar 0,22 persen dan inflasi nasional yang sebesar 0,14 persen.
"Deflasi November 2019 menjadikan Sumatera Barat sebagai provinsi dengan deflasi terdalam ke-5 dari 12 provinsi yang mengalami deflasi di Indonesia," kata dia.
Ia menyampaikan deflasi terutama berasal dari kelompok bahan makanan dan kelompok sandang.
Kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi sebesar 1,26 persen atau meningkat moderat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,99 persen.
Ditinjau dari komoditas deflasi kelompok bahan makanan terutama dari penurunan harga cabai merah, daging ayam ras, minyak goreng, jengkol, kentang dan emas perhiasan.
"Menurunnya harga cabai merah terus berlanjut seiring dengan masa panen yang masih berlangsung dan pasokan yang berlimpah di dalam Sumbar maupun dari luar Sumbar," ujarnya.
Sementara kelompok sandang terpantau mengalami deflasi sebesar 0,20 persen atau naik tipis dibandingkan Oktober 2019 yang masih mengalami deflasi sebesar 0,02 persen.
Deflasi kelompok ini terutama didorong oleh turunnya harga emas perhiasan yang mengikuti harga internasional karena ada tekanan inflasi emas dipengaruhi oleh mulai meredanya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok sampai d akhir November, kata dia.
Di sisi lain, deflasi November 2019 tertahan oleh kenaikan harga beberapa komoditas strategis, seperti bawang merah, pisang, mobil, rokok kretek filter dan tomat sayur.
Kenaikan harga bawang merah karena pasokan yang mulai terbatas di pasaran akibat keterbatasas pasokan dari sentra produksi di Pulau Jawa yang mengalami penurunan pada September sebanyak 29 ribu ton, ujarnya.
Ia menambahkan menghadapi berbagai risiko yang ada, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Sumatera Barat secara aktif melakukan berbagai upaya dalam pengendalian inflasi di daerah melalui peningkatan sinergi dalam menjaga kecukupan dan kelancaran pasokan bahan pangan strategis, seperti beras, cabai merah, bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras.
Berita Terkait
Tangisan Netri tak terbendung, setelah terima rumah bantuan program TMMD dari Semen Padang
Jumat, 26 April 2024 20:12 Wib
Kepala Pengadilan Tinggi Padang resmikan lapangan badminton Pengadilan Negeri Batusangkar
Jumat, 26 April 2024 19:36 Wib
Pemkot Padang perkuat fase prabencana untuk minimalisasi korban
Jumat, 26 April 2024 19:34 Wib
Sarasehan HKBN 2024, Hendri Septa Berbagi Pengalaman Tentang Upaya Pengurangan Resiko Bencana
Jumat, 26 April 2024 18:13 Wib
HKBN 2024, Kota Padang Kuatkan Fase Pra Bencana
Jumat, 26 April 2024 18:11 Wib
Hadapi Liga 3 Putaran Nasional, Tim PSPP dapat dukungan Semen Padang
Jumat, 26 April 2024 15:57 Wib
Berkolaborasi dengan PPNP untuk EBT, Dirut Semen Padang resmikan rumah pembibitan kaliandramerah
Jumat, 26 April 2024 15:51 Wib
Menko: Sumbar harus jadikan mitigasi bencana program super prioritas
Jumat, 26 April 2024 15:10 Wib