Asa Nelayan Padang Terhadap Kabinet Baru (Video)

id berita padang, berita sumbar,artikel tentang nelayan,apa yang dimaksud nelayan tradisional,perahu nelayan tradisional,jenis perahu nelayan tradisional

Asa Nelayan Padang Terhadap Kabinet Baru (Video)

Sejumlah nelayan melelang ikan hasil tangkapannya, di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pasie Nan Tigo, Padang, Sumatera Barat.Antara/Igoy

Padang, (ANTARA) - Kabinet baru atau yang disebut kabinet Indonesia Maju 2019-2024 yang baru saja dilantik oleh Presiden Joko Widodo menumpangkan harapan baru bagi masyarakat, termasuk para nelayan.

Beberapa nelayan yang ada di daerah Batang Arau, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang ikut mengomentari kabinet baru dengan lingkup kehidupan nelayan.

Seorang nelayan Sarifudin berharap dengan kabinet baru ini kehidupan mereka bisa lebih makmur.

Sekarang memang sudah ada bantuan dari pemerintah yang kemudian diserahkan ke ketua kelompok nelayan berupa uang, namun uangnya tidak turun ke para nelayan

“Uang yang dikasih dari pemerintah ya hanya masuk ke kantong saku ketua saja, nelayan di bawah tidak dapat. Baiknya jika diberi bantuan lebih baik langsung berupa barang saja daripada dalam bentuk uang,” ujar Sarifudin.

Sarifudin juga berharap pemerintah bisa melihat dan turun langsung ke lapangan. Ia juga berharap pemerintah bisa lebih menaruh perhatian ke masyarakat menengah bawah ini.

Hasil penangkapan nelayan akhir-akhir ini merosot, bahkan Sarifudin menyatakan dari awal tahun hasil tangkapan sudah merosot.

Nelayan lain yang mempunyai perahu kecil, Apriadi, mengatakan, kebanyakan hasil tangkapan .

Ia biasanya melaut dari pukul 05.30 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB , dan paling lama sampai pukul 11.00 WIB.

Perahu nelayan ini dibagi menjadi tiga, yaitu perahu kecil yang hanya memakai umpan, perahu besar yang menggunakan jaring, payang yang menggunakan mesin dan jaring yang disematkan dengan daun batang pinang.



Sarifudin juga menyebutkan bahwa dengan hasil tangkapan yang tidak menentu ini membuat penghasilannya tidak seimbang dengan pengeluaran.

“Kita melaut membawa nasi, bensin, dan jaring sendiri. Nanti pulang belum tentu dapat ikan,” sambung Sarifudin.

Pendapatan yang didapat dari melaut oleh perahu kecil ini per bulan paling minim Rp1 juta, namun per hari biasanya hanya Rp 20 ribu sampai dengan Rp 50 ribu.

“Perahu kecil lebih banyap dapat ikan paledang, ikan asin, dan udang itu pun musiman, kadang dapat kadang tidak,” tuturnya.

Berbeda dengan penuturan Sarifudin, Siwan, nelayan lain menyebutkan bahwa hasil tangkapan yang dijemur di badan jalan menuju Bukit Gado-Gado ini adalah hasil tangkapannya dengan menggunakan payang.

“Ikan-ikan teri ini adalah hasil tangkapan nelayan payang, nanti dibawa ke gudang yang ada di Bandar Olo kemudian diberikan ke agen, dan nantinya dijual oleh pedagang ikan yang ada di pasar,” tutur Siwan.

Berdasarkan penuturan Siwan, perahu payang lebih banyak difasilitasi oleh pemerintah, mulai dari mesin dan jaring.

“Bensinnya ditanggung sendiri, dan sekarang sudah mulai sulit mendapatkannya. Kalau untuk harapannya, semoga kabinet baru ini pemerintahnya bisa lebih perhatian ke nelayan dan kalau bisa solar disubsidi dari pemerintah untuk nelayan,” ujar Siwan.

Penulis merupakan mahasiswa magang di portal www.sumbar.antaranews.com