Tuo Silek : Belajar Silek Minangkabau Tidak Harus Malam

id tuo silek

Tuo Silek : Belajar Silek Minangkabau Tidak Harus Malam

Tampuak Perhimpunan Tuo Silek Minangkabau Luak Limopuluah Irwandi Pandeka Tareh Batimba (memakai peci) bersama pandeka dari daerah itu dan pandeka dari Malaysia di Pahakumbuh. (ANTARA SUMBAR/Miko Elfisha)

Padang (ANTARA) - Tampuak Perhimpunan Tuo Silek Minangkabau Luak Limopuluah, Irwandi Pandeka Tareh Batimba menyebut wacana yang menyebut belajar silek Minangkabau harus malam hari secara sembunyi-sembunyi adalah sebuah mitos.

"Tidak benar. Belajar silek Minangkabau bisa pagi atau sore hari. Tidak harus malam hari," katanya di Payakumbuh, Selasa.

Ia mengakui generasi sebelumnya memang cenderung belajar pada malam hari di rumah guru secara sembunyi-sembunyi. Tetapi, itu hanya sebuah kebiasaan bukan kewajiban.

Menurutnya kebiasaan itu awalnya berasal dari kegunaan silek sebagai pagar diri. Seorang pesilat atau pandeka, tidak mau kemampuannya bisa diukur oleh orang sehingga pergi belajar pada malam hari.

Selain itu guru silek biasanya juga bekerja pada siang hari sehingga hanya bisa mengajar pada malam hari.

Lalu pada saat penjajahan Belanda dan Jepang, masyarakat tidak dibenarkan berkumpul bersama-sama, apalagi belajar bela diri. Karena itu belajar silek dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Namun hal tersebut ternyata malah memunculkan mitos bahwa kalau belajarnya tidak malam, berarti bukan silek Minangkabau.

Irwandi mengatakan kebiasaan itu sekarang menjadi salah satu kendala yang mengakibatkan generasi muda jadi sulit belajar silek.

Pagi hingga sore anak-anak harus sekolah. Sebagian kemudian melanjutkan dengan mengaji di masjid sehingga waktu untuk belajar silek malam-malam itu sulit dilakukan.

Orang tua juga cenderung melarang kegiatan yang sangat penuh dari pagi hingga malam, takut terlalu membebani anak. Akibatnya bela diri yang kemudian dipilih adalah yang belajar pagi atau sore pada hari libur seperti karate atau taekwondo.

"Sekarang kita dekati tuo-tuo silek agar mau membuka sasaran pada pagi atau sore. Supaya generasi muda mau kembali belajar silek," katanya.

Ia menyebut Silek Art Festival yang dikolaborasikan dengan Payakumbuh Alek Silek 2019 juga bisa menjadi salah satu upaya untuk mendekatkan masyarakat dengan seni tradisinya sendiri.

Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Payakumbuh, Elfriza Zaharman melalui Kabid Kebudayaan Nirdawati mengatakan festival sengaja digelar di Ngalau Indah agar masyarakat bisa melihat dan mengetahui secara langsung bahwa tradisi silek masih hidup dan berkembang di Payakumbuh.

Ke depan menurutnya akan diwacanakan untuk melibatkan pelajar SD dan SMP dalam kegiatan itu agar mereka tertarik kembali menggali seni tradisi daerah.***