Mengkaji Silek di Ajang Festival Silat Tradisi Nusantara 2023

id Silek

Mengkaji Silek di Ajang Festival Silat Tradisi Nusantara 2023

Ketua IPSI Sumbar, Supardi sebut Festival Silat Tradisi Nusantara (FSTN) 2023 amanat dari Musyawarah Tuo Silek. (ANTARA/ist)

Padang (ANTARA) - Para pakar dan peneliti meyakini bahwa silat tidak hanya elok geraknya buat dipandang mata, tapi juga bisa dikembangkan secara kreatif menjadi bermacam bentuk. Banyak tarian tradisional dan kontemporer yang berangkat dari garak silek. Tari Ilau atau karya-karya maestro tari Gusmiati Suid, misalnya.

Proses pengembangan silek itu masih terus berlangsung hingga masa kini, tidak hanya di studio-studio tari tapi juga di sasaran-sasaran atau perguruan yang hidup di tengah masyarakat. Lahirlah beragam variasi silek di berbagai kawasan di Minangkabau.

Menurut Buya Zuari Abdullah, salah satu peneliti silek, variasi-variasi itu adalah bagian dari kekayaan silat.

“Di Sumbar saja, begitu banyak bentuknya. Di Pasaman Barat berkembang silek duri salak. Di salah satu daerah lainnya, pernah saya dengar ada silek karo. Belum lagi tari-tarian seperti tari suntiang pangulu dari 50 Kota,” paparnya.

Ia menambahkan berbagai bentuk transformasi yang terus berlangsung itu sangat menarik untuk dikaji lebih dalam.

“Festival Silat Tradisi Nusantara (FSTN) 2023 di Payakumbuh nanti mencoba ke arah itu,” katanya lagi. “Keunikan-keunikan silat, akan kita tampilkan di sana.”

Sebagai kurator FSTN, Buya Zuari pun mengajak agar keunikan-keunikan itu tidak sekedar sebagai tontonan atau sebatas atraksi saja. Selain hiburan bagi masyarakat, festival ini juga mengajak untuk melihat kemungkinan-kemungkinan pengkajian lebih dalam atas perkembangan silat, terutama silat tradisi. “Tidak hanya dari segi gerak atau estetika, tapi juga dari segi filosofisnya,” katanya lagi.

“Semoga teman-teman akademisi, koreografer, dan praktisi silat umumnya, bisa menimba inspirasi dari kegiatan ini,” tutupnya.

FSTN 2023 sendiri akan dilangsungkan selama empat hari, dari 31 Juli hingga 3 Agustus mendatang di Payakumbuh. Sumbar berlaku sebagai tuan rumah. Dalam festival ini, selain menampilkan sasaran-sasaran silek dari Sumbar, juga akan dihadirkan perguruan silat dari provinsi-provinsi lain.

Perguruan-perguruan dari Kepulauan Riau, Riau, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali akan datang ke Payakumbuh dengan keunikan silat-nya masing-masing. Baik dalam bentuk silat tradisi, atau pun silat prestasi.

Dari Jawa Tengah, misalnya, bakal hadir Organisasi Pencak Silat Persaudaraan Rumpun Setia Hati. Organisasi ini memayungi beragam perguruan Setia Hati yang memiliki latar sejarah cukup panjang, merentang hingga awal abad ke-20. Berakar dari gaya pencak dan filosofi silat tersendiri yang mula-mula tersebar terutama di Surakarta dan Madiun.

Festival ini juga tidak terlepas dari Musyawarah Tuo Silek (MTS) tahun lalu, yang juga diadakan di Payakumbuh. Seperti dikatakan Ketua IPSI Sumbar, Supardi, FSTN 2023 merupakan salah satu amanat dari MTS. “Festival ini lahir dari Musyawarah Tuo Silek, sebagai amanat,” katanya.

MTS ini dihadiri oleh tuo-tuo silek dari segenap kawasan di Sumatera Barat, dengan salah satu tujuannya memformulasikan cara agar pengetahuan mengenai silek atau kajian terkait silek bisa terus diperdalam dan diperluas. *