Konsumsi avtur di BIM turun

id Pertamina,avtur

Konsumsi avtur di BIM turun

Sales Executive Retail Wilayah IX Sumatera Barat Pertamina Handy Tri Husodo (ANTARA SUMBAR/ Mario Sofia Nasution)

Padang, (ANTARA) - PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I mencatat penurunan konsumsi bahan bakar jenis avtur di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Sales Executive Retail Wilayah IX Sumatera Barat Pertamina Handy Tri Husodo mengakatan pada hari normal konsumsi avtur di BIM dalam sehari mencapai 70 ribu hingga 140 ribu liter per hari.

Sementara sejak terjadi kenaikan harga tiket pesawat konsumsi avtur di bandara tersebut hanya berkisar 38 ribu liter per harinya.

Ia mengatakan menjelang Idul Fitri 1440 Hijriah pihaknya memprediksi puncak arus mudik di Bandara Internasional Minangkabau pada H-4 hingga H-2 sementara untuk arus balik diprediki pada H+2 hingga H+4.

"Kami memprediksi terjadi kenaikan konsumsi avtur di BIM sekitar 37 persen namun secara keseluruhan konsumsi avtur mengalami penurunan," kata dia.

Pertamina sendiri menjamin ketersediaan bahan bakar minyak jenis avtur di Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Bandara Internasional Minangkabau cukup hingga 15 hari kedepan.

"Jumlah bahan bakar avtur di DPPU BIM sebanyak 1.500 kilo liter dan cukup untuk dua minggu ke depan. Kita pastikan tidak ada kelangkaan bahan bahan bakar avtur pada pelayanan mudik 2019 ini," katanya.

Sebelumnya Executive General Manager (EGM) PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Dwi Ananda Wicaksana menyebutkan tiga hari terakhir terjadi peningkatan arus mudik dari 5.000 menjadi 7.000 orang bahkan pada hari Rabu (29/5) mencapai 9.700 orang.

"Hari ini belum dihitung angkanya, bisa meningkat dari kemarin," ujarnya.

Meski terjadi peningkatan, menurut dia, secara rata-rata jumlah pemudik ke Sumbar lewat BIM berkurang cukup signifikan dari data pada tahun 2018.

Pada tahun 2018, lanjut dia, rata-rata pemudik yang datang di BIM mulai H-7 sekitar 11.000 orang. Penurunannya sekitar 20-30 persen.

Selain menggunakan transportasi udara, arus mudik perantau Minang juga menggunakan jalur darat. Bahkan, diperkirakan jumlahnya akan meningkat cukup tinggi karena banyak yang beralih dari moda transportasi udara ke darat akibat tiket mahal.