Keindahan tenun Pandai Siket dipamerkan di perhelatan IMF-WB 2018

id songket Pandai Siket,Paviliun Indonesia,Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018

Keindahan tenun Pandai Siket dipamerkan di perhelatan IMF-WB 2018

Seorang pengrajin sedang menyelesaikan tenunan Songket Pandai Sikek di Nagari Pandai Sikek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat (Antara Sumbar/Syahrul R/18) (Antara Sumbar/Syahrul R/18/)

Nusa Dua (Antaranews Sumbar) - Paviliun Indonesia di Nusa Dua, Bali memamerkan keindahan tenun songket Pandai Sikek asal Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat yang digelar selama perhelatan IMF-WB pada 8 sampai 14 Oktober.

"Yang istimewa dari songket Pandai Sikek ini adalah ketelitian pembuatannya yang menggunakan benang emas, perunggu dan perak, satu lembar songket bisa dikerjakan hingga empat bulan," kata Fiddawati salah satu perajin songket Pandai Sikek yang sedang menenun di Paviliun Indonesia pada Kamis.

Dalam kesempatan tersebut Fiddawati (53) dengan cekatan menyusun helai demi helai benang berwarna merah yang terhampar di depan panta (alat tenun tradisional).

Kakinya berkoordinasi dengan tangannya yang sesekali terlihat bergerak menyisir benang.

Kain songket Pandai Sikek dari Nagari Pandai Sikek salah satu daya tarik kerajinan Indonesia yang dimaperkan di Paviliun Indonesia

Lamanya waktu pengerjaan selembar kain songket itu, menurut Fiddawati, tergantung pada kerumitan motif dan ukuran kain.

"Semakin rumit motif dan semakin panjang kain maka waktunya makin lama dan tentu harganya juga makin mahal," katanya.

Menenun songket sudah dilakukan Fiddawati sejak kecil. Nenek dan ibunya dengan tekun mengajarinya menyongket.

"Kampung kami menganut garis matrilineal jadi yang diajari menyongket ini tidak sembarang orang. Hanya anak perempuan dari garis keturunan ibu lah yang boleh menenmpuan yang ayahnya dari Pandai Sikek tapi ibunya dari luar ya tak bisa," katanya.

Perajin songket yang sudah memiliki toko di Thamrin City, Jakarta Pusat itu didukung oleh BUMN Bank Mandiri.

Satu lembar kain songket dihargai antara Rp6 juta hingga Rp12 juta tergantung kerumitan motif dan panjang kain.

"Ada beberapa delegasi yang tertarik melihat songket kami, beberapa di antaranya ada negara-negara Afrika yang tertarik dengan motif Bacatue karena motifnya bunga-bunga dan warnanya mencolok," kata Fiddawati.

Hingga saat ini, kain songket sudah diekspor ke Malaysia dan sejumlah negara di Eropa. Fiddawati berharap dengan mengikuti ajang Paviliun Indonesia maka akan lebih banyak orang, terutama dari luar negeri yang mengetahui keistimewaan produknya.

Kain songket Pandai Sikek adalah karya yang berharga sehingga harus dirawat dan disimpan dengan baik.

"Setelah dipakai jangan lupa diangin-anginkan dan bersihkan kotoran-kotoran yang menempel pakai sikat gigi, kalau kena air langsung dilap," kata Fiddawati.

Kain songket Pandai Sikek tidak boleh dicuci atau bahkan terkena air karena bisa merusak benang.

"Cukup diangin-anginkan. Dan kain harus disimpan dalam keadaan digulung supaya tidak ada lipatan lalu dibungkus dan jangan kena cahaya matahari langsung," ujarnya. (*)