Lima dari 22 sirene peringatan dini tsunami di Sumbar rusak

id simulasi

Lima dari 22 sirene peringatan dini tsunami di Sumbar rusak

Para siswa sekolah dasar yang mengikuti simulasi gempa dan tsunami dalam peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional 2017 menaiki tangga shelter yang ada di Kota Padang, Sumatera Barat. (Novia Harlina/Antara Sumbar)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Sebanyak 25 persen atau lima dari 22 unit sirene peringatan dini tsunami milik Pemerintah Provinsi Sumatera Barat rusak hingga tidak bisa digunakan untuk memperingatkan masyarakat di pesisir pantai jika bencana terjadi.

"Pascagempa Palu, kami periksa ulang semua sirene. Dari 22 unit ada lima yang rusak. Tetapi sekarang sudah dalam proses perbaikan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, Erman Rahman dihubungi dari Padang, Jumat.

Sirene yang rusak itu tersebar pada beberapa lokasi di sepanjang pantai Padang, salah satunya di Tabing.

Sirene merupakan salah satu instrumen yang disiapkan pemerintah untuk mengantisipasi dampak bencana, terutama meminimalkan jumlah korban jiwa jika terjadi bencana tsunami.

Jika gempa besar terjadi dan air laut terdeteksi surut, sirene akan otomatis berbunyi untuk mengingatkan masyarakat agar segera meninggalkan pesisir pantai dan mencari tempat yang lebih tinggi untuk berlindung dari terjangan tsunami.

Satu kali setahun, sirene itu dibunyikan dalam proses simulasi yang diumumkan dan melibatkan unsur masyarakat, didominasi siswa sekolah mulai SD hingga SMA.

Namun berdasarkan pengalaman di Palu, ternyata tsunami tidak melulu terjadi karena gempa yang berpusat di laut dan tidak didahului oleh surutnya air laut.

Padahal, salah satu indikator sirene tsunami itu berbunyi adalah surutnya air laut, selain peringatan dini dari BMKG.

Manyangkut hal itu Erman mengatakan masyarakat harus semakin arif dengan potensi dan ancaman bencana yang ada di daerah.

Masyarakat yang tinggal atau beraktivitas di pinggir pantai harus memiliki kesadaran untuk melakukan evakuasi mandiri jika gempa kuat di atas 6 SR terjadi.

"Jangan menunggu peringatakan dari pihak manapun. Kalau gempanya terasa keras. Langsung evakuasi mandiri ke daerah yang masuk zona hijau. Atau cari bangunan terdekat yang berfungsi sebagai shelter," katanya.

Hal itu akan mengurangi jumlah korban jiwa jika bencana benar-benar terjadi.

Selain sirene, ia mengakui ada sekitar 20 persen peralatan lain milik BPBD yang rusak. Semua sudah didata dan segera diperbaiki.

"Secepatnya. Paling lambat akhir tahun ini semua peralatan siap digunakan kembali," katanya.

Sumbar adalah daerah yang memiliki potensi bencana yang sangat banyak hingga dijuluki swalan bencana. Potensi itu mulai dari gempa dan tsunami yang mengancam dari laut hingga angin puting beliung dan gunung api. (*)