Selama delapan bulan, 856,12 hektare hutan dan lahan di Aceh terbakar

id Kebakaran Hutan dan Lahan,Karhutla di Aceh

Selama delapan bulan, 856,12 hektare hutan dan lahan di Aceh terbakar

Personel dari Tim Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) berusaha memadamkan api yang membakar lahan di Nagari Tapan, Kecamatan Basa IV Balai Tapan, Kab.Pesisir Selatan, Sumbar, Selasa (14/8). Kebakaran lahan gambut yang terjadi sejak Senin (13/8) hingga saat ini api masih terlihat merembas dan diperkirakan seluas 300 hektare jadi abu. ANTARA SUMBAR/KPHP-Didi/Maril/18

Banda Aceh, (Antaranews Sumbar) - Peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Aceh telah menghanguskan lahan sekitar 856,12 hektare, terutama lahan bergambut kondisi kering.

"Dari catatan kita akibat karhutla di provinsi ini, ada 856,12 hektare hangus terbakar," ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh, Teuku Ahmad Dadek di Banda Aceh, Selasa.

Jumlah total karhutla tersebut, lanjutnya, terjadi dalam delapan bulan terakhir 2018 yang berlangsung di 13 kabupaten/kota dari total 23 daerah terdapat di Aceh.

Mayoritas daerah yang terbakar ini berada di bagian wilayah barat-selatan, selain wilayah tengah merupakan dataran tinggi di provinsi berjuluk "Bumi Serambi Mekkah".

Rata-rata karhutla di provinsi paling utara di Sumatera meningkat, katanya, seiring meluasnya pengaruh musim kemarau pada sejumlah wilayah di Indonesia.

"Terutama puncak kemarau dari Juni hingga Agustus, seperti Juni 2018 ada 223,12 hektare terbakar. Di Juli 121,5 hektare, Agustus meningkat 487,5 hektare, dan 470,5 hektare karhutla di antaranya terjadi di Aceh Besar," terang dia.

Ia menyebut, terdapat dua bulan di Aceh yang dalam kondisi baik hutan dan lahan nihil atau tidak ditemukan lahan terbakar akibat masih turunnya hujan.

"Pada bulan Januari itu, ada tiga hektare di dua daerah. Februari 20 hektare di empat kabupaten, dan Maret cuma satu hektare di dua daerah, tapi cuma di Aceh Singkil tercatat. Sementara April dan Mei itu, nihil," kata Dadek.

Pemerintah tahun ini mengawal ketat wilayah rawan kebaran hutan dan lahan, sehingga berhasil menurunkan jumlah titik api hingga 96,5 persen di seluruh Indonesia dalam periode 2015-2017.

"Berdasarkan data hasil pantauan satelit milik NOAA, jumlah titik api di 2015 mencapai 21.929, sedangkan di 2016 menurun menjadi 3.915. Pada 2017, jumlah titik api kembali menurun menjadi 2.257," kata Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Raffles B Panjaitan.

KLHK mencatat luas area hutan dan lahan yang terbakar di 2015 mencapai 2.611.411 hektare (ha). Angka ini menurun menjadi 438.360 ha di 2016, lalu turun lagi menjadi 165.464 ha di 2017.

"Sejak 2016, perusahaan tidak berani lagi melakukan pembukaan lahan dengan membakar, ini berpengaruh. Kalaupun ada yang terbakar itu hanya spot-spot kecil saja karena kelalaian," ujar Raffles. (*)