Deteksi dini diperlukan cegah hipertensi paru

id hipertensi paru,Paru Paru

Deteksi dini diperlukan cegah hipertensi paru

Ilustrasi.

Jakarta, (Antaranews Sumbar) - Deteksi dini terhadap kelainan jantung bawaan yang merupakan salah satu penyebab hipertensi paru perlu dilakukan untuk mencegah hipertensi paru.

"Karena kelainan jantung bawaan dideteksi betul bisa dioperasi sebelum menyebabkan hipertensi paru," kata dokter spesalis jantung dari Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta Prof. Dr. dr. Bambang Budi Siswanto, Sp.JP(K), Fascc, FAPSC, FACC dalam dalam diskusi publik Ancaman Penyakit Hipertensi Paru Bagi Perempuan dan Anak Indonesia di Jakarta, Senin.

Dia mengatakan kelainan jantung bisa dideteksi sejak dalam kandungan. Namun, belum semua rumah sakit apalagi pusat kesehatan masyarakat memiliki alat deteksi dini jantung pada janin dalam kandungan.

Selain itu, anak-anak hingga dewasa juga perlu melakukan pemeriksaan terhadap jantung agar mengetahui kondisi terkini sehingga jika terjadi hipertensi paru dapat langsung dilakukan tindakan seperti konsumsi obat-obatan untuk memperpanjang harapan hidup mereka.

Berdasarkan data yang dihimpun Yayasan Hipertensi Paru Indonesia (YHPI) selama beberapa tahun terakhir, prevalensi hipertensi paru di dunia adalah satu pasien per 10.000 penduduk, artinya diperkirakan terdapat 25 ribu pasien hipertensi paru di Indonesia.

Sebanyak 80 persen pasien hipertensi paru tinggal di negara-negara berkembang di mana hipertensi paru sering dikaitkan dengan penyakit jantung bawaan, penyakit paru lainnya (seperti penyakit paru obstruktif kronis, PPOK), autoimun, pembekuan darah (emboli), dan sebagainya.

Menurut catatan YHPI, hipertensi paru lebih sering diderita anak-anak hingga usia dewasa pertengahan, juga lebih sering dialami perempuan dengan perbandingan 9:1, dengan rata-rata kelangsungan hidup sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun.

Dokter spesialis jantung Rumah Sakit Umum Dr Sardjito Yogyakarta dr. Lucia Kris Dinarti SpPD SpJP mengatakan negara maju seperti di Jepang telah melakukan screening untuk deteksi dini kelainan jantung sejak 1985 sejak dari kandungan hingga sekolah menengah atas.

Sementara itu, dia mengatakan di Indonesia deteksi dini tidak dilakukan sejak dini.

"Yang sudah terlanjur hipertensi paru bisa dengan mengkonsumsi obat-obatan," katanya.

Dia mengatakan dari 14 macam obat hipertensi baru di dunia, sementara di Indonesia baru ada satu obat yakni beraprost yang ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

"Tapi beraprost ini yang efeknya tidak sebagus slidenafil," ujarnya.

Ketua Yayasan Hipertensi Paru Indriani Ginoto mengatakan deteksi dini sangat diperlukan untuk melakukan tindakan pengobatan lebih lanjut. Salah satu penyebab hipertensi paru adalah kelainan jantung bawaan.

Dia mengatakan jika tidak segera mengkonsumsi obat, penderita hipertensi paru bisa bertahan dua sampai tiga tahun.

"Hipertensi paru itu serius karena jika tidak didiagnosa dan mendapat pengobatan baik bisa meninggal sampai dua tahun. Kami bersyukur di Jakarta bisa mengakses obat-obatan lebih mudah," katanya.

Dia mengatakan banyak penderita hipertensi paru di Indonesia yang menagalami keseulitan men jangkau obat karena akses yang sulit, hanya satu obat yang ditanggung BPJS Kesehatan serta harga yang mahal.

"Dari 500 yang terdaftar di Yayasan Hipertensi Paru Indonesia, sekitar 40-50 persen sudah meninggal karena pengobatannya terbatas," tuturnya. (*)

Baca juga: Dari 14 macam obat hipertensi paru, BPJS Kesehatan cuma menanggung satu jenis

Baca juga: Mari mengenali sesak napas pertanda hipertensi paru

Baca juga: Polusi udara menjadi salah satu faktor penyebab kanker paru, kata ahli kesehatan

Baca juga: Udara Beracun Ancam Otak dan Paru-Paru Bayi