Partai demokrat klaim naskah orasi politik AHY viral

id Agus Harimurti Yudhoyono

Partai demokrat klaim naskah orasi politik AHY viral

Agus Harimurti Yudhoyono. (Antara)

Jakarta, (Antaranews Sumbar) - Ketua Divisi Komunikasi Publik DPP Partai Demokrat Imelda Sari, mengklaim, orasi politik Ketua Komando Tugas Bersama (Kogasma) Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi viral di media sosial.

"Hal tak terduga terjadi dalam kiriman Fans Page Demokrat_TV di Facebook. Naskah orasi Agus Harimurti yang dikirimkan Fans Page Demokrat_TV menjadi viral, menyebar luas di masyarakat," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu malam.

Sebelumnya, Sabtu (9/6), AHY memberikan orasi politik bertajuk ¿Dengarkan Suara Rakyat¿ dalam acara temu kader Demokrat di JCC, Senayan, Jakarta.

Menurut Imelda, orasi politik dalam akun Fan Page Demokrat_TV telah dilihat hampir 66 ribu orang di Facebook, dan ribuan netizen memberikan komentar serta 172 di antaranya membagikan naskah tersebut hingga pukul 21.10 WIB Minggu malam.

Fan Page Demokrat_TV adalah akun kader utama Demokrat yang dibuat atas inisiatif sendiri dan dipergunakan untuk kepentingan Partai Demokrat.

"Mudah-mudahan naskah orasi AHY yang viral ini menunjukkan ada harapan baru terhadap figur AHY," tutur Imelda.

Dia menilai fenomena ini sangat menarik karena biasanya postingan yang viral adalah postingan berupa video atau gambar dan foto yang disebarkan.

Sementara kali ini yang viral adalah naskah orasi AHY yang cukup panjang.

Dia mengatakan ini merupakan postingan kedua Fans Page Demokrat_TV yang menjadi viral.

Pekan lalu, postingan video tentang capaian satu dasawarsa (2004-2014) Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) oleh Demokrat_TV juga menjadi viral dan menjadi bahan pembicaraan masyarakat, di mana video itu kini hampir dilihat 600.000 netizen.

Adapun dalam orasi politiknya, Sabtu (9/6) malam di JCC, AHY mengingatkan kembali hakikat hidup manusia sebagaimana tercermin dalam Al Quran, "Khoirunnas Anfa uhum Linnas", yaitu sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain.

"Tidak sepatutnya, kita hanya duduk membahas permasalahan tapi tidak memikirkan jalan keluarnya. Sekali lagi jangan diam, 'Do something'," kata AHY dalam orasinya.

Dalam setahun terakhir, AHY mengaku telah berkunjung ke ratusan kabupaten/kota di 22 provinsi di Indonesia.

Selama kunjungan ke ratusan daerah di Tanah Air itu pula dia mengaku telah mendengarkan banyak suara dari rakyat kecil yang tidak sampai ke pemerintah.

Suara-suara itu menurutnya lebih jujur dan apa adanya karena tidak dibuat-buat serta tidak bermuatan kepentingan golongan semata.

Dalam kunjungan itu pula, kata AHY, dia telah bertemu dengan berbagai komunitas dan lapisan masyarakat, mulai dari petani, nelayan, peternak, buruh, pedagang pasar, pelaku UMKM, ibu-ibu rumah tangga, anak-anak muda, dan lainnya.

Dari berbagai kunjungan itu, jelas AHY, setidaknya ada dua persoalan utama ekonomi yang dihadapi masyarakat saat ini, yaitu daya beli masyarakat dan lapangan kerja.

Daya beli masyarakat saat ini menurun karena berpenghasilan rendah dan kurang mampu.

Di sisi lain, harga-harga kebutuhan naik secara signifikan.

Persoalan ini, lanjutnya, harus mendapatkan perhatian yang serius. Terlebih, data menyebut sebanyak 28 juta masyarakat Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan.

Selain itu, hampir 70 juta orang dinyatakan rentan atau rawan miskin.

Total jumlah masyarakat miskin dan rawan miskin ini setara dengan hampir 40 persen populasi Indonesia.

"Guncangan ekonomi sedikit saja, akan mendorong mereka ke jurang kemiskinan yang lebih dalam," kata AHY.

Terkait persoalan lapangan kerja, kata AHY, secara kuantitas lapangan kerja yang tercipta setiap tahunnya belum bisa mengimbangi jumlah pencari kerja baru.

Indonesia juga masih punya pekerjaan rumah yang cukup besar karena lebih dari 50 juta orang angkatan kerja Indonesia berpendidikan sekolah dasar sehingga tak mudah bagi angkatan kerja Indonesia untuk bersaing dalam kompetisi global.

Masyarakat Indonesia, sambungnya, juga dikhawatirkan oleh isu maraknya Tenaga Kerja Asing (TKA).

"Kita tidak anti asing, tapi kita tidak terima jika rakyat dikalahkan, dinomorduakan atau hanya jadi penonton di negeri sendir," ujarnya. (*)