Produksi Jagung Solok Selatan Tak Sesuai Target

id Jagung

Produksi Jagung Solok Selatan Tak Sesuai Target

Sejumlah petani memipil jagung siap panen di area perkebunan di Jorong Tanjung Harapan Kecamatan Sangir menggunakan mesin pipil dan tidak lagi secara manual, Selasa (16/1) (ANTARA SUMBAR/Erik Ifansya Akbar) (ANTARA SUMBAR/Erik Ifansya Akbar/)

Padang Aro, (Antaranews Sumbar) - Produksi jagung Solok Selatan, Sumatera Barat, sepanjang 2017 mencapai 95.862 ton atau lebih rendah dari target yang ditetapkan 103.932 ton, kata pejabat pemerintah setempat.

"Capaian produksi 92,23 persen atau kurang dari target karena luas lahannya kurang tersedia khususnya yang integrasi dengan sawit," kata Kepala Dinas Pertanian Solok Selatan Tri Handoyo Gunardi di Padang Aro, Selasa (16/1).

Sepanjang 2017 luas tanam jagung Solok Selatan seluas 14.437 hektare sedangkan targetnya mencapai 15.497 hektare.

Sedangkan luas panen juga dibawah tergat yaitu 15.030 hektare atau 95,83 persen dari target yang ditetapkan 15.684 hektare.

Pada 2017, Solok Selatan mengintegrasikan kebun sawit dengan jagung yang dipusatkan di Kecamatan Sangir Jujuan.

Bibit jagung hibrida yang disalurkan untuk integrasi sawit dengan jagung jenis bima ori dan lahan Kecamatan Sangir yang menjadi sentra jagung jenis pioner 33 yang dikoordinasikan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumbar.

Tanaman jagung ditanam di area non sawah atau sawah yang tidak memiliki irigasi.

"Kami juga menjaga produksi padi sehingga pembudidayaan jagung ini dilarang di sawah produktif," katanya.

Terkait target produksi pada 2018 belum ditetapkan oleh pemerintah setempat.

Pihaknya masih melakukan kajian dan menghimpun data untuk target 2018.

"Target tahun ini kemungkinan tidak akan banyak berubah sebab lahannya masih tetap sama," ujarnya.

Petani jagung di Tanjung Harapan Deri (26) mengatakan sebaiknya bantuan bibit jagung tahun ini disesuaikan dengan yang biasa ditanam.

"Kami biasa menggunakan pioner 32 dan hasilnya lebih bagus dari pioner 33 yang disalurkan pada tahun lalu," ujarnya.

Dia mengatakan, walaupun ada bibit bantuan tetapi petani cenderung membeli bibit jenis pioner 32 sehingga pioner 33 jarang digunakan," katanya. (*)