Asita Sarankan Pemerintah Sumbar Belajar Strategi Menggaet Wisatawan dari Malaysia

id Ian Hanafiah

Asita Sarankan Pemerintah Sumbar Belajar Strategi Menggaet Wisatawan dari Malaysia

Ketua Asita Sumbar, Ian Hanafiah. (Antara Sumbar/Miko Elfisha)

Padang, (Antara Sumbar) - Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Sumatera Barat menyarankan pemerintah provinsi bisa belajar dari Malaysia bagaimana strategi menggaet wisatawan berkunjung ke daerah itu.

"Saat ini sudah ada penerbangan langsung dari Padang ke Malaysia, ini merupakan peluang, namun harus diakui jumlah warga Sumbar yang datang ke Malaysia lebih banyak ketimbang orang Malaysia yang ke Sumbar," kata Ketua Asita Sumbar Ian Hanafiah di Padang, Kamis.

Menurutnya Malaysia mempromosikan wisatanya terus menerus dengan membentuk badan khusus serta melakukan promosi dengan maksimal.

Ia menceritakan saat menunaikan ibadah haji beberapa tahun lalu di sepanjang jalan dari Madinah menuju Mekkah banyak sekali dipasang bilboard tentang promosi Malaysia.

"Mereka paham Arab Saudi merupakan lokasi yang amat strategis untuk beriklan dan dikunjungi oleh Muslim di seluruh dunia sehingga tidak perlu repot beriklan di setiap negara karena sudah cukup di Arab Saudi saja," katanya.

Dan sekarang Malaysia sudah menikmati apa yang dilakukan, apalagi wisata halal sedang populer, lanjutnya.

Tidak hanya itu lima tahun lalu Menteri Pariwisata Malaysia juga mau menghadiri acara pertemuan Asita seluruh Indonesia.

"Di hadapan peserta Menteri Pariwisatanya mengatakan saya tidak perlu lagi datang promosi ke seluruh Indonesia karena semua lengkap dari Sabang sampai Merauke hadir di sini," kata Ian menceritakan.

Kemudian Malaysia juga menyiapkan beragam infrastruktur dan fasilitas yang membuat wisatawan nyaman.

"Sebab kunci agar orang mau berwisata itu adalah mampu melihat dan memenuhi kebutuhan wisatawan, bahkan kantor perdana menterinya sendiri juga bisa dikunjungi," katanya.

Ia mengakui biro perjalanan yang ada di Sumbar jauh lebih senang membawa warga Sumbar ke Malaysia ketimbang membawa warga Malaysia ke Sumbar.

"Kalau membawa orang Sumbar ke Malaysia sesudah kunjungan tidak ada masalah, tapi membawa orang Malaysia ke sini kami khawatir banyak keluhan mulai dari infrastruktur hingga toilet," ujarnya.

Selain itu harga penginapan di Malaysia juga lebih murah. Bayangkan saja paket tahun baru tiga hari dua malam bisa dapat Rp1,7 juta untuk hotel bintang tiga, sedangkan di Bukittinggi untuk hotel saja satu malam sudah Rp2,5 juta, katanya.

Ia mengatakan hampir 98 persen wisatawan Malaysia yang datang ke Sumbar minta berkunjung ke dua lokasi, yaitu Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis dan Rumah Kelahiran Buya Hamka di Maninjau.

"Kalau rombongannya di atas 50 orang biasanya selalu saya tolak karena jalan ke Air Manis tidak memadai dilewati bus besar, sementara kalau ke Rumah Kelahiran Buya Hamka yang kurang adalah fasilitas penunjang, seperti kedai makanan tradisional," katanya.

Ia menggarisbawahi kalau Sumbar ingin lebih banyak dikunjungi wisatawan asing maka benahi infrastruktur dan pahami kebutuhannya.

Sementara Pemerintah Provinsi Sumatera Barat terus melakukan pembenahan pada sejumlah objek wisata yang ada di daerah itu mengejar target kunjungan wisatawan sebanyak delapan juta jiwa hingga akhir 2017.

"Saat ini yang fokus dibenahi adalah tempat wisata untuk dilengkapi infrastruktur dan sarana penunjang lainnya," kata Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit.

Menurutnya persyaratan yang wajib ada di lokasi objek wisata adalah WC, kamar mandi, mushala, kuliner hingga pusat penjualan cenderamata.

"Seluruh kabupaten dan kota silahkan berinovasi untuk menarik orang datang ke daerah masing-masing," katanya.

Selain itu untuk menggaet wisatawan asing pada Februari 2018 diluncurkan penerbangan langsung dari Singapura ke Padang.

Targetnya menggaet orang Singapura berlibur ke Padang, bukan sebaliknya orang Padang pergi ke Singapura, ujarnya. (*)