Asita: Kebijakan maskapai "bunuh" pariwisata Sumbar

id ian hanafiah

Asita: Kebijakan maskapai "bunuh" pariwisata Sumbar

Ketua Asita Sumbar Ian Hanafiah bersama sejumlah pengurus organisasi itu menyuarakan agar pemerintah meninjau sejumlah kebijakan yang diambil maskapai yang bisa membunuh pariwisata daerah. (ANTARA SUMBAR/Miko Elfisha)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Kebijakan maskapai memberlakukan bagasi berbayar, "zero commission" bagi pengusaha tour dan travel serta penerbangan domestik berbiaya mahal akan "membunuh" dunia pariwisata Sumatera Barat yang baru saja menggeliat.

"Bagasi berbayar membuat wisatawan enggan membeli oleh-oleh, zero commission membuat pengusaha gulung tikar dan biaya mahal membuat wisatawan lari ke luar negeri," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Tour Travel (ASITA) Sumbar Ian Hanafiah di Padang, Rabu.

Tiga kerugian itu akan terus berlanjut seperti efek domino. Tidak ada wisatawan yang membeli oleh-oleh membuat ribuan UMKM yang bergerak di bidang itu mati dan gulung tikar. Demikian juga halnya dengan pengusaha tour dan travel.

Ian mengungkap ada sebagian anggota Asita yang telah terlanjur menandatangani kontrak paket wisata dengan beberapa group (wisatawan). Kebijakan bagasi berbayar membuat pengusaha harus mananggung rugi tidak sedikit, bahkan hingga terlilit hutang.

Kebijakan "zero commission" membuat pengusaha tour dan travel tidak mendapatkan penghasilan yang mencukupi lagi. Ironisnya kebijakan itu diberlakukan terhadap pengusaha tour yang telah bertahun-tahun menjadi mitra maskapai.

Sementara kebijakan harga tiket yang mahal membuat wisatawan menjadi berfikir-fikir untuk berwisata dalam negeri dan akan lebih memilih wisata ke luar negeri yang harganya relatif lebih murah.

"Jika dibandingkan harga untuk paket wisata domestik dan luar negeri itu relatif sama. Yang paling membedakan adalah harga tiket. Karena itu jika penerbangan domestik mahal tentu orang memilih luar negeri," katanya.

Akibatnya sangat buruk untuk pariwisata daerah yang sedang berkembang. Target kunjungan wisatawan yang dicanangkan oleh Kementerian Pariwisata juga terancam.

Ia menilai Kementerian Pariwisata harus segera bereaksi dan berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan terkait kebijakan-kebijakan yang merugikan itu.

Komunikasi yang baik diharapkan bisa menghasilkan solusi yang tepat sehingga dunia pariwisata tidak terimbas oleh kebijakan yang menjadi kewenangan Kemenhub.

Kebijakan bagasi berbayar diterapkan oleh maskapai Lion Air Group dan mulai diikuti oleh City Link. Zero Commision juga diberlakukan maskapai Garuda Indonesia Group.

Harga tiket mahal terutama padang-Jakarta pulang pergi juga diberlakukan Garuda Indonesia sejak Oktober sampai sekarang.*