AYUB: Pernah Putus Sekolah, Gapai Sukses dengan Bersepeda

id tds#sepeda#ivent

AYUB: Pernah Putus Sekolah, Gapai Sukses dengan Bersepeda

Ayub Gathurima Kinoti, peserta dari Kenya (Kenya Riders Downunder). (c)

Ayub Gathurima Kinoti, peserta dari Kenya (Kenya Riders Downunder).
Padang (Antara) Kenya Riders Downunder merupakan tim yang baru pertama kali berlaga di iven Tour de Singkarak (TdS). Ayub Gathurima Kinoti adalah salah satu andalannya. Pria berkulit gelap kelahiran 6 Agustus 1984 ini mengaku TdS adalah iven yang membuatnya datang ke Sumatera Barat.

Ini pertama kali saya berkunjung ke Sumatera Barat. Dan TdS adalah iven kedua internasional yang saya ikuti. Tahun kemarin saya ikut Tour du Rwanda, kata Ayub saat dijumpai Metrans di salah satu hotel di Padang satu hari sebelum perlombaan.

Pria ramah dengan bahasa Inggris yang sangat baik ini merupakan atlet yang memulai karir dengan banyak mengikuti iven-iven lokal di Kenya. Kenya sendiri tercatat sebagai 10 besar di Afrika, dan timnya adalah salah satu tim terbaik di Kenya.

Tapi siapa sangka pebalap yang sangat terpesona dengan keramahan orang Indonesia ini sempat putus sekolah? Ayub tersenyum malu saat bercerita dirinya pernah melawan guru kelas dan tidak mau datang lagi ke sekolah.

Saya menyesali hal itu. Seandainya dulu saya melanjutkan sekolah, tentu saya bisa mengiringi keahlian bersepeda saya dengan hal-hal intelektual lainnya. Sejak berhenti sekolah, dunia saya hanya bersepeda, kenangnya.

Ayub masuk sekolah di usia enam tahun. Di usia 12 tahun, saat ia di kelas enam, Ayub bertengkar dengan guru. Ia lari dari sekolah, lari dari orang tua, dan bersembunyi. Sampai akhirnya beberapa waktu kemudian dia ditemukan orangtua, namun hatinya tidak tergugah lagi untuk bersekolah.

Saat bertemu banyak orang dan melihat kepintaran mereka, saya merasa menyesal telah putus sekolah. Sekolah membuat kita lebih baik, ujarnya.

Hobi bersepeda telah ia miliki sejak kecil. Di usia 18 tahun, dia membeli sepeda hasil uangnya sendiri. Ia mulai intens bersepeda dan bertemu orang-orang pecinta sepeda lainnya. sAyub mengaku tadinya dia tidak tahu bahwa bersepeda adalah olahraga internasional yang bisa memberinya peluang karir tersendiri. Sampai dia aktif bersepeda dan bertemu para rider Kenya di usianya 26 tahun. Satu ketika, dia bertemu seorang rider yang kemudian mengenalkannya dengan manajer tim. Diapun mulai sering mengikuti iven lokal.

Saya sendiri merasa sudah terlambat memulai karir. Sekarang usia saya 32 tahun. Karir seperti ini tidak hanya bisa dimulai di usia dewasa. Saat di usia sekolahpun kita sudah bisa melakukannya. Apapun itu, tidak akan menghalangi, asal semangat, tutur Ayub.

Meskipun sudah sering mengikuti kejuaraan, tapi impian Ayub masih belum tercapai. Dia sangat ingin bisa memenangkan kejuaraan skala besar seperti TdS kali ini. Meskipun seminggu sebelumnya ia mengalami kecelakaan yang membuat kondisi tubuhnya tidak sesempurna yang ia harapkan, namun optimisme tetap ada dalam semangatnya.

Dia bersama lima orang anggota tim lainnya dalam tim Kenyan Riders Downunder akan menggenjot upaya untuk menang. Mereka bahkan telah melakukan latihan selama dua bulan dan sengaja mengambil medan Australia untuk persiapan menghadapi TdS 2016.

Masyarakat Sumatera Barat sendiri, menurut Ayub, sangat welcome dengan orang asing. Saya sangat terkesan dengan orang-orang di sini. Mereka sangat ramah. Saya sangat terkesan. Dan saya pikir, cuaca di sini membuat nyaman. Untuk TdS, saya memang belum tahu kualitasnya karena ini pertama kali saya mengikuti iven di sini. Tapi saya bisa katakan, orang-orang bisa berdatangan dengan iven ini, tandasnya. (***)