Solok Selatan Menuju Lumbung Listrik Sumbar

id Solok, Selatan, Lumbung, Listrik

Solok Selatan Menuju Lumbung Listrik Sumbar

(ANTARAFOTO/Iggoy El Fitra)

Solok Selatan, kabupaten yang berjarak sekitar 135 kilometer dari ibukota Sumatera Barat (Sumbar), Kota Padang, bukan saja memiliki potensi tambang, pariwisata, pertanian dan perkebunan melainkan juga energi listrik dari sungai dan panas bumi.

Potensi sungai Solok Selatan, kata Kepala Seksi Listrik Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) setempat, Zilhamri di Padang Aro, Minggu (9/8), bisa dikembangkan menjadi energi listrik yang diproduksi dari skala pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) hingga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Pembangunan dan pengembangan pembangkit listrik skala PLTMH, sebutnya, telah dilakukan sejak tahun 1985 di Jorong Liki, Kecamatan Sangir dengan daya sebesar 50 Kilowatt (Kw). Pembangunan PLTMH ini, merupakan bantuan dari pemerintah provinsi.

Melihat sumber daya yang ada, pengembangan dan pembangunan PLTMH terus dilakukan oleh pemerintah daerah setempat, terlebih setelah mekar dari Kabupaten Solok pada 2004 silam.

Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) pada tahun 2004, pemerintah kabupaten daerah itu kembali membangun PLTMH dengan kapasitas listrik 50 Kw di Jorong Paninjauan, Kecamatan Pauh Duo.

"Kemudian hampir setiap tahun hingga 2013 ada pembangunan PLTMH, baik melalui anggaran pusat maupun dari pemerintah provinsi," katanya.

Ia menyebutkan, PLTMH ini dibangun atas keinginan masyarakat yang mengidamkan penerangan dari listrik, namun karena tidak bisa terjangkau oleh jaringan PLN. Sementara sumber daya sungai untuk pembangunan PLTMH tersebut ada.

Sementara pemanfaatan arus sungai untuk Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) telah mampu menghasilkan listrik berkapasistas 2x4 Mega Watt (MW) yang dikelola oleh Selo Kencana Energi (SKE) dengan memanfaatkan arus sungai Batang Sangir.

"Lisrik yang telah dihasilkan SKE ini untuk memenuhi kebutuhan Solok Selatan," katanya.

Selain Selo Kencana, saat ini Waskita Sangir Energi, yang juga memanfaatkan Sungai Batang Sangir, dalam tahap pembuatan kontruksi dan ditargetkan tahun ini telah mampu menghasil listrik sekitar 2x5 MW.

"Waskita telah mengantongi Izin Usaha Kelistrikan untuk Umum (IUKU) dari Kementerian ESDM," ujarnya.

Sedangkan PT Barkah Raya Utara Energi, yang memanfaatkan arus sungai Batang Liki, Kecamatan Sangir, katanya, masih dalam tahap pembebasan tanah. Diperkirakan dari arus Batang Liki ini dapat menghasilkan listrik sekitar 5 hingga 6 MW.

"Jika tidak ada kendala lagi, dari informasi Barkah mulai melakukan pembangunan konstruksi 2016," katanya.

Dempo Group, katanya, yang telah mengurus izin prinsip pada 2014, saat ini tengah melakukan sosialisasi ke masyarakat. Dempo Group rencananya akan memanfaatkan arus sungai di empat titik, yakni tiga titik di Sungai Batang Sangir dan satu titik di Sungai Batang Liki.

Selain Dempo, Waskita, Selo Kencana, sebutnya, Inner Prakasa Energi dan Batara Biru Bengawan juga akan memanfaatkan sumber air di Sungai Batang Sangir.

Inner Prakasa Energi yang telah mengurus izin prinsip sejak 2012 diperkiraKan akan memproduksi daya listrik 9,8 MW, sementara Batara Biru Bengawan, yang izin prinsipnya telah diterbitkan pada 2014, akan memproduksi listrik hingga 5 MW lebih.

Untuk di Sungai Batang Liki, selain Barkah Raya Utara Energi yang masih dalam tahap pembebasan lahan, Dewata Liki Hidro juga telah mengurus izin prinsip memproduksi listrik di sungai tersebut sejak 2013.

Bukan saja di Sungai Batang Sangir dan Batang Liki, potensi listrik juga dideteksi dapat dihasilkan dari arus Sungai Batang Bangko. Untuk Sungai Batang Bangko, kata Zilhamri, dari survei yang dilakukan PT Batang Bangko Hidro Energi setidaknya mampu menghasilkan listrik mencapai 8,4 MW.

PT Batang Bangko Hidro Energi, katanya, akan membuat dua sistem dengan produksi daya yang berbeda. Untuk Batang Bangko Hidro Energi I diperkirakan akan mampu memproduksi listrik 2x2 MW dan Batang Bangko Hidro Energi II dengan perkiraan 2x2,2 MW.

"Lokasi Batang Bangko Hidro Energi berada di zona pemanfaatan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan mereka telah mengantongi rekomendasi dari Balai Besar TNKS," katanya.

Ia mengatakan, potensi sungai Solok Selatan diperkirakan mampu menghasilkan 100 MW dalam skala PLTM. Sungai-sungai yang bisa dikelola itu seperti, Batang Sangir, Batang Liki, Batang Bangko, Batang Blangir dan Sungai Lambai.

Ia menyebutkan, kelestarian hutan merupakan salah satu unsur pokok agar potensi listrik arus sungai itu tetap terjaga dan bertahan. Hutan yang lestari akan menjaga ketersediaan air sungai-sungai tersebut.

"Rata-rata sungai yang berpotensi dikembangkan menjadi PLTM itu berhulu ke TNKS," katanya.

Saat pembangunan PLTM mulai menggeliat, potensi energi listrik yang lebih besar juga tersimpan di Muara Sangir, Kecamatan Sangir Batang Hari. Di sungai tersebut, diperkirakan mampu menghasilkan listrik mencapai 60 MW.

Zilhamri menyebutkan salah satu badan usaha saat ini tengah mengajukan izin prinsip untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Muaro Sangir.

Bukan itu saja, Solok Selatan yang berada di kaki Gunung Kerinci, juga mendapatkan berkah kandungan sumber air panas atau geothermal. Pemanfaatan sumber air panas untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) saat ini tengah dikerjakan oleh Supreme Energy Muaralabuh yang telah melakukan berbagai studi, survei kelayakan serta potensi yang ada semenjak 2008.

Supreme telah melakukan beberapa kali pengeboran yang dimulai sejak September 2012. Proyek PLTP yang berada di Pekonina, Kecamatan Pauh Duo itu, merupakan proyek nasional dan termasuk dalam program percepatan pembangunan listrik 10.000 MW tahap II semasa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Rudi Rubiandini, yang kala itu sebagai Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), pada Desember 2012 sempat mengunjungi lokasi pengeboran panas bumi yang berlokasi di Pekonia, Pauh Duo ini.

"Pada 2018, sesuai rencana Supreme telah memproduksi listrik sekitar 70 MW," kata Zilhamri.

Menurut survei, sebutnya, potensi sumber panas terbesar berada di Patah Sembilan yang mencapai 220 MW, dimana lokasi tersebut masuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

"Dengan adanya UU Panas Bumi, potensi itu bisa dimanfaatkan, saat ini masih menunggu peraturan presiden (PP)," katanya.

Listrik Terpenuhi

Bupati Solok Selatan, Muzni Zakaria, menyebutkan saat ini beberapa perusahaan pembangkit listrik minihidro yang sedang dalam proses diharapkan mampu memenuhi kebutuhan listrik di daerah itu, disamping listrik dari pedesaan melalui program PNPM.

Meskipun masih banyak daerah di Solok Selatan yang terisolasi, sebutnya, namun kabupaten itu memiliki banyak sumber energi air yang bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik.

"Kita juga dapat informasi lagi bahwa ada energi surya yang bisa dimanfaatkan," katanya.

Dengan kombinasi energi air dan energi matahari akan membantu daerah-daerah Solok Selatan cepat mendapat penerangan listrik, katanya.

Sementara Wakil Bupati Solok Selatan, Abdul Rahman, menyebutkan ketika pembangkit-pembangkit kekuatan air serta PLTP sudah beroperasi dipastikan daerah itu akan mampu menyuplai listrik ke daerah lain.

"Kebutuhan listrik Solok Selatan yang selama ini mati-hidup akan terpenuhi, bahkan akan mampu menyuplai ke daerah lain jika pembangkit-pembangkit tersebut berproduksi," katanya.

Sementara dalam upaya membebaskan masyarakat yang berada di daerah terisolasi dari kegelapan karena ketiadaaan listrik, katanya, pemerintah setempat mengalokasi anggaran untuk pembangungan jaringan baru.

"Pembangunan jaringan ini melalui APBD Solok Selatan, bukan dari PLN. Jika PLN tentu hitung-hitungannya bisnis dan kelayakannya, sementara perintah daerah dari segi pelayanannya," katanya.

Beberapa daerah yang masih terisolasi yang telah dibantu pemerintah daerah dalam pembangunan jaringan listrik, seperti seberang Batang Sangir, Kecamatan Sangir, dan seberang Sitapus di Batu Gelundung, sebutnya.

Pemerintah Solok Selatan dalam lima tahun terakhir mengalokasi anggaran melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) untuk pembangunan jaringan listrik baru setiap tahun.

Pada tahun 2010, pemerintah daerah membuat jaringan listrik baru untuk jaringan tegangan menengah (JTM) sepanjang 1 kilometer, sedangkan jaringan tegangan rendah (JTR) 1,5 kilometer.

2011, JTM sepanjang 2,8 kilometer dan JTR 2,25 kilometer. Pada 2012, untuk JTM 950 meter dan JTR sebanyak tiga kali dengan panjang masing-masing sepanjang 1,9 kilometer, 350 meter dan 950 meter.

2013 yang hanya dibangun JTR sepanjang 3,3 kilometer, 2014 untuk JTM sepanjang 600 meter dan JTR 2,4 kilometer. Sementara pada tahun 2015 rencana pembangunan jaringan baru untuk JTM 700 meter dan JTR 900 meter. (*)