Bekantan Masih Ditemukan di Kotawaringin Timur

id Bekantan, Ditemukan, Kotawaringin, Timur

Sampit, Kalteng, (Antara) - Binatang langka, bekantan ternyata masih bisa ditemukan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, di antaranya di Kecamatan Pulau Hanaut, meski jumlahnya diperkirakan sangat sedikit.

"Mungkin masih ada, tapi jarang dilihat karena hutan semakin berkurang, termasuk hewan langka seperti orangutan, bekantan dan lainnya itu juga semakin menipis. Makanya kesempatan berharga kalau bisa melihat bekantan," kata Ahmad, warga Pulau Hanaut, Sabtu.

Seperti saat rombongan Bupati H Supian Hadi Wakil Bupati HM Taufiq Mukri menghadiri panen raya di desa Bapinang Hilir Laut Kecamatan Pulau Hanaut pada Jumat (8/5) pagi, sebagian rombongan sempat melihat kawanan bekantan.

Rombongan menyeberang sungai dari Kecamatan Teluk Sampit menggunakan longboat menuju Pulau Hanaut karena kecamatan ini belum terhubung jalan darat.

Saat sudah memasuki anak sungai hendak sampai ke Desa Bapinang Hilir Laut, rombongan yang menaiki longboat kedua di belakang rombongan bupati, dikagetkan dengan kemunculan kawanan bekantan.

Tiga bekantan dewasa dengan tubuh seukuran anak tiga tahun, meloncar dari pohon bercebur, kemudian menyeberangi anak sungai, kata dia.

Motoris yang juga kaget melihat tiga monyet dengan ciri hidung panjang itu, langsung mengurangi kecepatan. Dia memilih membiarkan bekantan menyeberang dan masuk ke hutan tidak jauh dari desa.

"Besar sekali bekantan itu. Kalau ini jelas bekantan karena kelihatan dari hidungnya yang panjang dan besar, membedakannya dari monyet jenis lain," ujar Dody, seorang penumpang yang sempat mengabadikan dengan menggunakan kamera kesayangannya.

Bekantan atau dalam nama ilmiahnya nasalis larvatus adalah sejenis monyet berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal monyet nasalis.

Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari monyet lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan.

Binatang dilindungi khas Kalimantan yang dikenal pemalu ini makin jarang ditemukan karena makin berkurangnya hutan akibat eksploitasi komersil maupun kebakaran lahan. (*)