Warga Tionghoa Jalani Ceng Beng
Tangerang, Banten, (Antara) - Ratusan warga keturunan Tionghoa mendatangi kuburan Tanah Cepek di Tangerang, Banten, ziarah kubur Ceng Beng atau Ching Bing untuk mendoakan serta memberikan sesajen untuk arwah leluhur.
"Sejak seminggu ini jumlah peziarah yang datang ke sini terus meningkat terutama pada hari libur. Puncaknya kemungkinan pada pekan depan," kata seorang penjaga makam Ismail, di Tangerang, Banten, Minggu.
Menurutnya, warga keturunan Tionghoa yang ziarah kubur terus berdatangan dari pagi, siang sampai sore hari.
"Sudah beberapa hari kuburan ini dipenuhi warga untuk ziarah dan banyak yang memanen rezeki saat ini," katanya.
Diakuinya, saat Ceng Beng memang merupakan saat para penjaga dan pengurus kuburan berharap dapat panen rejeki, karena pada saat itu peziarah datang sangat banyak.
Biasanya, katanya, warga yang usai ziarah membagikan uang kepada pengurus kuburan bahkan kepada anak-anak kecil.
"Kalau Ceng Beng datang, banyak orang sekitar kuburan yang semula tak pernah kelihatan, saat ini pada berdatangan dengan harapan dapat rejeki," kata Ismail.
Saat tiba di kuburan, warga Tionghoa mempersiapkan sejumlah sesajen, seperti hio dan lilin merah untuk dibakar, kemudian membakar kertas yang digambarkan sebagai uang, menyiapkan jajanan, buah-buahan, kue, permen, kacang, sayuran, serta air mineral.
"Makanan dan minuman yang disajikan biasanya yang disenangi oleh leluhur saat masih hidup," kata Gho Kho Ni, seorang warga keturunan Tionghoa yang ziarah kubur ke makam suaminya.
Sekali pun Ceng Beng jatuh pada tanggal 5 April, namun sejak 10 hari sebelum tanggal itu, sesuai kepercayaan warga Tionghoa, sudah boleh ziarah kubur.
Menurut Tradisi Tionghoa, setiap 5 April adalah hari Ceng Beng. Dalam bahasa Mandarin Ceng Beng berarti terang dan cerah.
Pada saat itu warga Tionghoa beramai-ramai pergi ke pemakaman orang tua, keluarga serta leluhur untuk melakukan upacara penghormatan.
Upacara penghormatan dilakukan melalui berbagai jenis, misalnya saja dengan membersihkan kuburan, menebarkan sampai membakar kertas yang sering dikenal "gincua" atau kertas perak.
Warga Tionghoa percaya Ceng Beng merupakan hari baik karena cuaca cerah dan bagus serta arwah turun ke bumi.
Mereka juga percaya saat membakar hio dan memberikan sesajen, arwah akan datang dan menikmati sesajen yang dihidangkan. (*/jno)