Setiap manusia memiliki jalan hidup masing-masing, tergantung bagaimana mereka menggapai impiannya, dengan cara yang benar menurut agama, atau malah terjerumus ke dunia hitam untuk bertahan hidup, dan kisah ini bisa menjadi pelajaran bahwa jalan pintas hanya akan manis sesaat.
Banyak orang yang mengambil jalan yang benar hingga impiannya terwujud, namun tidak sedikitpula di antara kita yang mengambil jalan pintas demi sekedar bertahan hidup.
Mungkin inilah salah satu fenomona yang terjadi di masyarakat, dimana salah satunya profesi yang diambil Sinta atau juga sering dipanggil Tiara (sebut saja demikian namanya).
Sinta wanita muda yang baru berusia 28 tahun mengambil jalan pintas demi bertahan hidup dengan seorang anaknya yang masih berusia 2,5 tahun, ia memilih profesi sebagai kupu-kupu malam, teman kencan sesaat para lelaki hidung belang di Kota yang menjunjung tinggi adat istiadat Ranahminang.
Demi bertahan hidup dan membesarkan seorang anak laki-lakinya, sejak dua tahun lalu, tepatnya pertengahan 2009, Sinta mulai terjerumus kedunia malam.
Hal ini terungkap saat wanita satu orang anak tersebut, tertangkap saat razia yang dilakukan macan perda Kota Padang, dan dibawa ke Mako Satpo PP.
Sinta tertunduk lesu diruang penyidik Mako Satpol PP Kota Padang, Kamis dinihari, dengan rambut sebahu, pakain bewarna putih yang penuh dengan noda akibat berontak saat akan digiring petugas macan perda, serta bercelana jins selutut dan memakai sandal bewarna putih.
Dalam pemeriksaan Sinta mengakui semua perbuatanya, dan penyebab dia terjerumus keduania hitam, dan dalam ruang 4x5 meter tersebut ia tak henti-hentinya memikirkan nasib anaknya yang dititikan pada temanya, saat ia menjual diri pada lelaki hidung belang untuk membeli makan dan susu jagoan kecilnya yang mulai menanyakan dimana bapaknya.
Dengan berurai air mata didepan penyidik, Sinta menghubungi temanya memberitahu bahwa ia ditangkap, dengan isak tangis yang tak terbendung, akhirnya telepon dijawan.
"Nti den tatangkok, tolong datang ka siko, pulsa den indak ado do, nti tolong kasiko, nti datanglah kasiko, tolong lah den, baok anak den yoo..
mamaban den capek yo," demikian Sinta berkata dengan beruraikan air mata meminta agar Yanti, teman yang dititipkan anaknya bisa membawa anaknya bertemu denganya.
Saat bertemu dengan buah hatinya, Sinta kembali tak dapat membendung air matanya, apalagi dia tahu bahwa akan di bawa ke panti pembinaan Andam Dewi di Kabuapten Solok.
Terpikir olehnya nasib anaknya, dengan siapa anaknya akan tinggal, sedangkan di kota ini ia hanya tinggal berdua, tanpa ada tempat gantungan yang lain.
Namun demikian, setelah melihat anaknya, ia meminta agar Yanti temanya untuk membawa keluar anaknya, karena Sinta tidak mau anaknya melihat ia sedang diperiksa oleh penyidik karena telah melakukan hal yang dilarang oleh agama, dan juga pemerintah, yaitu maksiat.
Kebesaran jiwa seorang Ibu, terlihat saat ia memperjuangkan nasib anaknya, meski dia terjerumus kedunia hitam demi bertahan hidup, namun Sinta tak mau melepaskan anaknya pada mantan suaminya yang keras dan suka memukul dalam rumah tangga.
"Den indak nio do, anak den biko diasuak uda yang palakek tangan, baa nasib anak den biko, den indak namuah lo kalua inyo harus samo den di panti do baa inyo bisuak kok lah gadang ko, amak tolonglah den, jago anak den, jan sampai inyo diambiak uda," kata santi saat kembali menghubungi salah seorang saudaranya.
Awal Sinta terjerumus dunia hitam
Tak pernah terbayang oleh Sinta, transigran asal Bandung ini sebelumnya bahawa ia kan menjadi kupu-kupu malam bagi lelaki hidung belang, akibat tidak tahan dengan suaminya yang suka main tangan, dan pernah ingin menjual dirinya pada majikan.
Sinta yang hanya tamat SMP di Bandung, pindah ke Ranahminang sejak menikah dengan suaminya yang sekarang tinggal di Jakarta, pada tahun 2005.
Pernikahan yang awalnya berjalan lancar, seiring berjalanya waktu mulai terjadi konflik rumah tangga, mulai dari perang mulut, sampai Sinta juga sering dipukul oleh suaminya, bahkan saat Sinta hamilpun suaminya memutuskan untuk bercerai.
Untuk bertahan hidup mulanya sinta bekerja sebagai wanita bilyar di Hotel Ambacang yang telah runtuh akibat gempa 30 September 2009.
Saat bekerja disanalah rekan sinta banyak yang mengajaknya masuk dunia malam, menjadi pemuas nafsu lelaki hidung belang.
Mulanya sinta tidak pernah mau, namun karena ekonominya semakin menipis dan usia kandunganya mulai memasuki bulan ke delapan, akhirya Sinta memutuskan untuk terjun kedunia maksiat tersebut.
Berawal dari ketertarikan seorang turis asing, sebut saja namanya Alex, yang mencari wanita untuk penghangat dinginya malam, dan tertarik pada Sinta. Melalui teman sinta bule tersebut mendesak agar sinta mau untuk diajak kencan dengan bayaran $100 atau Rp1 juta rupiah.
Mendengar besarnya uang tersebut dan butuh untuk biaya persalinan maka Sinta akhirnya setuju, dia memilih dunia malam tersebut sebagai jalan hidupnya.
seiring perjalanan waktu, akhirnya Sinta terus menggeluti dunia malam, dan setelah hotel tempatnya bekerja runtuh akibat gempa 30 September 2009, ia pindah ke halte bus di depan jalan Diponegoro, Kota Padang.
"Saya sewaktu masih bersuami, juga sempat bekerja di sebuah toko sepatu, diaman pemiliknya adalah teman suami saya, namun saya keluar, kerana majikan saya itu minta untuk saya "melayaninya" dan itupun sepengetahuan mantan suami saya, itu terjadi sebelum saya mengandung," kata Sinta.
Tidak tahan dengan perlakuan tersebut, ia kemudian keluar, barulah menjadi petugas bilyar, dan akhirnya terjerumus ke dunia malam.
Sejak peristiwa pertama ia menjadi terjun ke duania malam tersebut, Sinta setiap malamnya menjajakan diri sejak pukul 17.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB, demi menghidupi anaknya.
Dalam semalamm ia berhasil mendapatkan uang Rp100 ribu, jika menjajakan diri, dan saat anaknya tidak bisa ditinggal dengan temanya, seperti dalam keadaan sakit, iapun lebih memilih untuk merawat anaknya tersebut.
Diamankanya Sinta oleh anggota Satpol PP Kota Padang, mengakhiri petualangan hidup Sinta di dunia hitam, dan terpisah dari anaknya yang masih 2,5 tahun.
Sinta mendapat pendidikan di panti Andam Dewi, Kabupaten Solok untuk pembinaan, dan anaknya terpaksa dititipkan pada temanya sebelum ada pihak keluarga yang bisa merawat.
Sinta sendiri sampai saat akan dibawa untuk pembinaan tersebut meminta pada temanya dan juga anggota satpol pp Kota Padang agar anaknya dilindungi, dan tidak dibiarkan lepas pada mantan suaminya yang kasar.
Kisah kehidupan Sinta mungkin masih banyak dialami oleh Sinta-sinta yang lain, menjadi kupu-kupu malam sebagai jalan hidup, karena tidak adanya keahlian, dan perasaan frustasi atas kemiskinan.
Melihat perjalanan hidup Sinta, perhatian pemerintah terhadap rakyat miskin sepertinya belum optimal, perlu penanganan khusu agar tidak adalagi Sinta lainya yang harus terjerumus kedunia hitam akibat desakan ekonomi. (*)