Padang (ANTARA) - UPTD Taman Budaya Sumatera Barat menggelar lokakarya penulisan cerpen, pada Festival Sastra Marah Roesli 2025 yang diikuti 25 penulis muda dari provinsi itu dan akan dilatih untuk dapat membuat cerpen bertema lingkungan.
Kepala Seksi Produksi dan Kreasi Seni Budaya Taman Budaya Sumbar Ade Efdira mengatakan, peserta yang mendaftar lokakarya tersebut sebenarnya lebih banyak, namun karena terbatas maka hanya didapatkan 25 penulis.
"Penulis yang mendaftar sebanyak 90 penulis, namun kami melakukan kurasi dan akhirnya didapatkan 25 penulis yang mengikuti workshop ini," kata Ade di Padang, Kamis.
Para penulis muda asal Sumatera barat ini nantinya akan menghasilkan minimal satu cerpen yang akan dikurasi dan diterbitkan menjadi buku kumpulan cerpen hasil lokakarya sastra.
Peserta lokakarya nantinya juga akan dilatih untuk dapat mengikuti kompetisi sayembara cerpen tahun 2026 yang akan mengangkat tema lingkungan atau ekologi.
Ade menjelaskan, tema besar dari Festival Sastra Marah Roesli 2025 adalah Negeri dan Ironi, maka penulis diminta bagaimana menjadikan ironi sebagai strategi dalam menghasikan karya sastra, baik ironi secara bahasa maupun secara simbol atau metafora.
Selain itu, penulis juga diharapkan dapat merespon fenomena sosial dan realita zaman dengan karya sastra yang isinya ada kritik, tapi tetap ada kekuatan ironi.
"Dalam latihan ini disinkronkan dengan tema karya 2026 yang mengarah ke lingkungan atau ekologi, jadi mereka akan mengkritik isu-isu tentang lingkungan melalui cerpen," kata Ade.
Lokakarya sastra juga dimentori oleh sejumlah penulis nasional, seperti Raudal Tanjung Banua dan Sasti Gotama.
Sejak tahun 2022, UPTD Taman Budaya Sumatera Barat sudah menerbitkan 6 novel hasil dari workshop sastra, 1 buku naskah teater, dan dua buku antologi cerpen, sebagai bentuk konsistensi terhadap pembinaan kesenian khususnya di bidang sastra. (*)
