Bangkitnya Pariwisata Sumbar

id Bangkitnya Pariwisata Sumbar

Bangkitnya Pariwisata Sumbar

Drs. Bastiam, MM

Melihat potensi kekayaan alam dan budaya yang dimiliki oleh Sumatera Barat, tidak salah kiranya kalau pengembangan sektor pariwisata menjadi peluang yang sangat menjanjikan dan dapat diharapkan meningkatkan perekonomian daerah pada umumnya dan taraf hidup masyarakat Minang khususnya. Kekayaan alam yang dimiliki, mulai dari pulau-pulau nan indah mempesona di samudera Indonesia, pantai laut dalam yang merentang sepanjang sisi barat mulai dari Pesisir Selatan sampai ke Pasaman, hamparan pegunungan yang hijau dan sejuk dengan beberapa puncak gunungnya seperti Marapi, Singgalang, Talang dan Tandikek, sungguh kekayaan yang bernilai tinggi. Belum lagi tiga danau yang dimiliki (Maninjau, Singkarak dan Danau Kembar/Danau di Ateh dan Danau dibawah) yang indah dan mengundang decak kagum siapapun yang menyaksikannya makin menambah sempurnanya anugerah yang dipunyai oleh ranah Minang tercinta. Tidak salah kiranya kalau kita berbangga dan selalu mempromosikan serta mengelola apa yang kita miliki ini secara optimal. Disamping itu, kekayaan sejarah, budaya dan kesenian ranah Minang yang dinilai cukup unik dan sangat berbeda dengan khasanah budaya daerah lainnya juga akan makin menambah daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung. Ciri khas masyarakat Minang yang egaliter, demokratis, berjiwa wirausaha dan terbuka seharusnya dapat menjadi modal dasar untuk dapat mengembangkan potensi yang ada ini. Kita bersyukur, akhir-akhir ini perhatian pemerintah daerah Sumatera Barat terhadap sektor pariwisata cukup memberikan angin segar bagi masa depan dunia pariwisata. Hal ini dapat dilihat dari beberapa upaya dan langkah pemerintah daerah untuk menjadikan Sumbar menjadi salah satu daerah tujuan wisata setelah Bali dan Yogyakarta dengan penyelenggaraan beberapa event penting yang dapat memacu ke arah itu, seperti Tour de Singkarak baru-baru ini. Perlombaan balap sepeda yang di beri nama Tour de Singkarak yang berlangsung di Ranah Minang 30 April 3 Mei 2009 lalu menjadi catatan tersendiri bagi masyarakat Sumatera Barat. Lomba yang diikuti tidak kurang dari 25 tim, 10 tim dari dalam negeri sendiri dan 15 tim luar negeri dari 11 negara ini di targetkan tidak hanya meningkatkan prestasi para atlit balap sepeda saja, tetapi yang lebih penting dari itu adalah promosi pariwisata Sumatera Barat. Sengaja pemilihan etape melintasi beberapa objek wisata mulai dari Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, Singkarak, Solok dan Sawahlunto. Kita berharap pada penyelenggaraan berikutnya jumlah etapenya ditambah dengan melewati Danau Maninjau yang medannya cukup bagus dan menantang bagi para pembalap tentunya. Selanjutnya, rencana Pemda Sumbar yang akan membuka perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Bali dan Batam patut kita puji dan dukung serta perlu segera diwujudkan. Kalaulah rencana ini terwujud, sudah barang tentu akan meningkatkan volume kunjungan wisatawan ke Ranah Minang yang pada gilirannya akan menimbulkan efek berantai kepada banyak sektor, diantaranya akan meningkatkan perekonomian daerah. Karena dengan pesatnya kunjungan wisata akan merangsang tumbuhnya perekonomian masyarakat, sektor pertanian dan industri rumah rakyat serta sektor jasa. Kekhawatiran banyak pihak terhadap pengembangan pariwisata berakibat rusaknya agama dan budaya serta suburnya kemaksiatan harus diantisipasi lebih awal oleh pihak pemda dengan menyiapkan perangkat lunak/aturan dunia kepariwisataan yang dapat mencegah kekhawatiran tersebut sedini mungkin disertai dengan pengawasan yang ketat. Langkah tersebut perlu diambil agar tidak terjadi pro dan kontra di masyarakat. Intinya adalah, pengembangan dunia pariwisata Sumatera Barat tidak boleh keluar dari acuan agama dan budaya, seperti semboyan orang Minang Adaik Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah. Dengan perkataan lain, majunya dunia pariwisata Minang Jan mambuek agamo dan adaik jadi binaso. Infrastruktur. Disisi lain, soal sarana dan prasarana serta infrastruktur yang dapat menunjang usaha ke arah pengembang pariwisata yang optimal memang masih perlu peningkatan dan penyempurnaan. Mulai dari sarana transportasi, penginapan dan lain sebagainya dalam rangka menunjang sektor pariwisata. Walaupun Sumatera barat sudah memiliki bandara bertaraf internasional, namun pengelolaannya masih terkesan belum optimal, termasuk dalam hal pengelolaan angkutan taksi bandara, ini perlu pembenahan ke arah yang lebih baik. Dalam hal jalan raya, kita bersyukur bahwa secara umum kondisinya cukup baik, namun di ruas-ruas tertentu seperti di ruas Padang-Bukitinggi pada saat-saat tertentu terutama pada hari libur dan hari-hari besar tertentu terasa mulai padat dan sering kadang menghambat perjalanan yang tentunya berakibat kurang nyamannya wisatawan, tetapi bila ruas jalan Sicincin-Malalak sudah berfungsi maka kendala ini relatif akan dapat teratasi. Sementara itu, masalah penginapan/hotel khusus di kota-kota seperti Padang dan Bukittinggi sudah cukup memadai, namun untuk kota-kota lain dan beberapa tempat tujuan wisata lainnya seperti Singkarak dan Maninjau terkesan masih kurang mencukupi/memenuhi syarat dihadapkan dengan kondisi ideal, hal ini tentunya sudah harus mendapat perhatian bagi pihak pemda sendiri serta sekaligus peluang bagi para investor yang bergerak di dunia pariwisata. Budaya melayani. Satu hal yang cukup krusial dan banyak dikeluhkan oleh para wisatawan selama ini adalah berkaitan dengan masalah pelayanan. Walaupun masyarakat Sumatera Barat dan Minang khususnya dikenal sebagai masyarakat yang ramah terhadap tamu, namun dalam hal pelayanan terhadap wisatawan masih perlu banyak perbaikan dan penyempurnaan. Ungkapan yang menempatkan wisatawan/tamu adalah raja perlu disosialisasikan secara maksimal kepada masyarakat, khususnya kepada masyarakat yang bergerak di bidang jasa pelayanan pariwisata. Anggapan seolah-olah tamu/wisatawan sangat membutuhkan pelayan kita sudah perlu diubah menjadi kita sangat butuh memberikan pelayanan maksimal kepada tamu/wisatawan dan mereka harus puas dan senang dengan pelayanan kita. Kepuasan mereka tentunya akan menjadi iklan gratis/Cuma-Cuma bagi kunjungan wisatawan berikutnya, mereka akan mempromosikan kepada teman dan kerabatnya. Demikian juga sebaliknya, bila mendapat pelayanan yang kurang baik akan menjadi kontra produktif bagi pengembangan pariwisata kita. Untuk mengubah paradigma pelayanan yang kurang kondusif demikian, diharapkan para pemangku dunia kepariwisataan Sumatera Barat (termasuk pemerintah kabupaten dan kota) dapat meningkatkan bimbingan dan sosialisasi kepada masyarakat khususnya sektor pelayanan pariwisata informal untuk merubah paradigma kurang baik selama ini. Dengan demikian, kita semua berharap dunia pariwisata Sumatera Barat akan bangkit, sekaligus kebangkitan bagi taraf hidup dan perekonomian masyarakat. (***)