Pakar:Pendidikan Inklusif di Boyolali Paling Maju

id Pakar:Pendidikan Inklusif di Boyolali Paling Maju

Boyolali, (Antara) - Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus (Inklusif) di Kabupaten Boyolali dinilai paling maju dan dinamis di Indonesia, kata pakar Pendidikan Inklusif Universitas Sebelas Maret Surakarta, Munawir Yusuf. "Jumlah perkembangan sekolah anak berkebutuhan khusus di wilayah Boyolali banyak dan terus berkembang dibandingkan dengan daerah-daerah lain," kata Munawir Yusuf di Boyolali, Jumat. Menurut Munawir Yusuf, sejak awal rintisan sekolah Inklusif di Boyolali pada tahun 2004--2005, jumlahnya hanya sekitar 36 sekolah dasar (SD), tetapi pada 2012 sudah mencapai 80 sekolah. Jumlah itu mencakup mulai dari tingkat SD, SMP hingga SMA serta SMK. "Hal ini (terjadi karena) prestasi yang luar biasa dan patut diacungi jempol, karena belum ada kabupaten atau kota di seluruh Indonesia yang perkembangan sekolah Inklusifnya seperti di Boyolali," katanya. Oleh karena itu, Boyolali sangat tepat sekali kemudian dicanangkan sebagai kabupaten pelopor pendidikan Inklusif di Indonesia. Pemkab setempat kemudian menyertakan Peraturan Bupati (Perbub) Nomor 54 Tahun 2012, yang mengatur pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Jika perlu setelah Perbub ada, kata dia, itu dilengkapi dengan Peraturan Daerah (Perda) yang mengaturnya. Menurut dia, Angka Partisipasi Murni Anak Berkebutuhan Khusus (APM-ABK) di Indonesia dinilai masih rendah yakni berkisar 36,5 persen. Artinya, masih sekitar 65,5 persen anak berkebutuhan khusus belum memperoleh akses ke pendidikan itu. "Mereka masih tinggal di rumah di daerah pelosok pegunungan, jauh dari jangkauan dan akses pendidikan inklusif," katanya. Oleh karena itu, ia berharap langkah Kabupaten Boyolali dalam pengembangan sekolah Inklusif yang cukup bagus tersebut bisa ditiru dan dikembangkan oleh kabupaten dan kota lain di seluruh Indonesia. Menurut Ketua Forum Komunikasi Guru Pembimbing Khusus bagi ABK di Boyolali, Susilo Setiastuti, selama ini perkembangan sekolah bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Kabupaten Boyolali cukup baik. Boyolali, yang kini memiliki 80 sekolah Inklusif yang terdiri atas 75 SD, dan tiga SMP --yakni SMP Negeri 4 Mojosongo, SMP Negeri 2 Karanggede, SMP Negeri Kemusu. Dua sekolah tingkat SMA adalah yakni SMAN Wonosegoro dan SMK 1 Klego. "Mereka dalam menempuh pendidikan bersama siswa sekolah reguler," katanya. Namun, siswa inklusif mendapatkan materi dari guru khusus yang ahli dalam pendidikan bagi ABK perkembangan sekolah tersebut cukup baik karena masyarakat, baik orang tua maupun siswa yang bukan berkebutuhan khusus atau siswa reguler bisa menerima eksistensi ABK. Masyarakat, kata dia, sudah paham dan mengetahui bahwa pendidikan tersebut untuk semua bagi warga negara sesuai yang diamanatkan UUD 1945 pasal 31. "Komitmen Pemkab Boyolali dalam pengembangan pendidikan inklusif juga cukup besar," katanya. (*/sun)