Kemendikbudristek apresiasi Pendidikan Inklusif SMP 6 Bukittinggi
Bukittinggi (ANTARA) - Direktorat SMP Kemendikbudristek RI mengapresiasi pendidikan inklusif yang dilakukan di SMP 6 Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Keunggulan SMP 6 di bidang penyelenggaraan pendidikan inklusif itu menjadi yang pertama di Sumatera Barat didokumentasikan langsung pihak kementrian.
Ketua Tim Kerja Publikasi Direktorat SMP Kemendikbudristek, Fathnurhayati didampingi Widyaprada Ahli Madya Ninik Purwaning menjelaskan Program Sobat SMP Goes to School merupakan program untuk produksi video publikasi sebagai bahan yang akan disosialisasikan di media sosial.
“Jadi kami publikasikan kegiatan unggulan di sekolah untuk bisa jadi motivasi bagi seluruh sekolah di Indonesia. Karena memang setiap sekolah tentu memiliki program unggulan yang positif bagi perkembangan pendidikan di daerahnya,” jelasnya.
SMP 6 Bukittinggi menjadi sekolah pertama di Sumatra Barat yang dipublikasikan oleh Kemendikbudristek, sekolah ini dapat melayani pelajar yang beragam tanpa diskriminasi. Program inklusifnya berjalan, meski fisik bangunan sekolah tidak terlalu besar.
“Program Sobat Goes to School, mendukung program prioritas adanya persamaan pemenuhan hak pendidikan setiap pelajar, sehingga tidak ada perbedaan antara pelajar biasa dengan pelajar berkebutuhan khusus. Ini yang kita angkat untuk bisa menginspirasi sekolah di Indonesia, khususnya dalam menjalankan pendidikan inklusif,” kata Fathnurhayati.
Proses dokumentasi dilakukan selama dua hari di SMP 6 dengan melibatkan seluruh guru dan pelajar. Tim Direktorat SMP berharap dokumentasi yang dihasilkan menjadi inspirasi di seluruh negeri.
Kepala SMP 6 Bukittinggi, Tuti Yamila Sari Dewi menjelaskan pihaknya melakukan pendaftaran untuk bisa mendapatkan program Sobat Goes to School. Sekolah ini telah menjalankan program sekolah inklusif selama dua tahun terakhir.
“Kita di SMP 6 memang menerapkan program inklusif. Ini berjalan sudah beberapa tahun terakhir, namun dua tahun terakhir, kita cukup konsen untuk berikan persamaan pemenuhan hak pendidikan pada setiap pelajar," kata dia.
Tuti menyebut ada 27 pelajar berkebutuhan khusus, termasuk satu disabilitas penglihatan yang diberikan pendidikan dengan fasilitas khusus yang mudah dijangkau.
"Mereka digabung dengan pelajar lain, sekaligus untuk meningkatkan rasa empati para pelajar kita,” pungkasnya.
Ketua Tim Kerja Publikasi Direktorat SMP Kemendikbudristek, Fathnurhayati didampingi Widyaprada Ahli Madya Ninik Purwaning menjelaskan Program Sobat SMP Goes to School merupakan program untuk produksi video publikasi sebagai bahan yang akan disosialisasikan di media sosial.
“Jadi kami publikasikan kegiatan unggulan di sekolah untuk bisa jadi motivasi bagi seluruh sekolah di Indonesia. Karena memang setiap sekolah tentu memiliki program unggulan yang positif bagi perkembangan pendidikan di daerahnya,” jelasnya.
SMP 6 Bukittinggi menjadi sekolah pertama di Sumatra Barat yang dipublikasikan oleh Kemendikbudristek, sekolah ini dapat melayani pelajar yang beragam tanpa diskriminasi. Program inklusifnya berjalan, meski fisik bangunan sekolah tidak terlalu besar.
“Program Sobat Goes to School, mendukung program prioritas adanya persamaan pemenuhan hak pendidikan setiap pelajar, sehingga tidak ada perbedaan antara pelajar biasa dengan pelajar berkebutuhan khusus. Ini yang kita angkat untuk bisa menginspirasi sekolah di Indonesia, khususnya dalam menjalankan pendidikan inklusif,” kata Fathnurhayati.
Proses dokumentasi dilakukan selama dua hari di SMP 6 dengan melibatkan seluruh guru dan pelajar. Tim Direktorat SMP berharap dokumentasi yang dihasilkan menjadi inspirasi di seluruh negeri.
Kepala SMP 6 Bukittinggi, Tuti Yamila Sari Dewi menjelaskan pihaknya melakukan pendaftaran untuk bisa mendapatkan program Sobat Goes to School. Sekolah ini telah menjalankan program sekolah inklusif selama dua tahun terakhir.
“Kita di SMP 6 memang menerapkan program inklusif. Ini berjalan sudah beberapa tahun terakhir, namun dua tahun terakhir, kita cukup konsen untuk berikan persamaan pemenuhan hak pendidikan pada setiap pelajar," kata dia.
Tuti menyebut ada 27 pelajar berkebutuhan khusus, termasuk satu disabilitas penglihatan yang diberikan pendidikan dengan fasilitas khusus yang mudah dijangkau.
"Mereka digabung dengan pelajar lain, sekaligus untuk meningkatkan rasa empati para pelajar kita,” pungkasnya.