APBD Tak Mampu, Pariaman Upayakan Bantuan Pusat Atasi Abrasi Pantai

id abrasi pantai

APBD Tak Mampu, Pariaman Upayakan Bantuan Pusat Atasi Abrasi Pantai

Seorang warga berdiri di depan pohon terancam tumbang akibat abrasi di halaman belakang rumahnya di pantai Nareh, Kecamatan Pariaman Utara, Pariaman, Sumbar. (Antara)

Pariaman, (Antara Sumbar) - Pemerintah Kota Pariaman, Sumatera Barat akan mengupayakan bantuan dari pemerintah pusat untuk pencegahan dampak abrasi yang terjadi di sepanjang pantai Desa Padang Biriak-Biriak Kecamatan Pariaman Utara.

"Anggaran untuk mengatasi dampak abrasi pantai membutuhkan biaya yang besar, jika mengandalkan Anggaran Pedapatan Belanja Daerah diperkirakan tidak akan mampu mengatasinya," kata Ketua DPRD setempat Mardison Mahyuddin, di Pariaman, Selasa.

Ia mengatakan apabila kondisi tersebut semakin darurat maka pemerintah daerah bersama pihak terkait akan mengupayakan pengalokasian biaya pada APBD Perubahan.

"Selama anggaran pemerintah daerah mencukupi, maka segera dialokasikan agar masyarakat yang bermukim di pesisir pantai dapat terjamin keselamatannya," ujar dia.

Selain mengupayakan pada APBD Perubahan dan bantuan pemerintah pusat, pihaknya juga melakukan lobi ke provinsi setempat untuk biaya tanggap darurat.

Beberapa alternatif yang dapat dilakukan ujar dia, diantaranya memasang batu pemecah ombak di beberapa titik. Selain itu masyarakat setempat juga diminta bergotong royong membangun tanggul sementara.

Ia mengatakan abrasi pantai yang sudah terjadi sejak enam bulan terakhir tersebut jika tidak segera diatasi maka berdampak buruk bagi lingkungan dan kelangsungan hidup masyarakat di sekitar daerah itu. Apalagi di sekitar lokasi tersebut pemukiman warga cukup padat.

Sementara itu Kepala Desa setempat Devi Delwandri mengatakan akibat abrasi pantai tersebut belasan rumah di Desa Padang Biriak-Biriak terancam ambruk.

Akibat fenomena alam tersebut puluhan batang kelapa sawit milik warga setempat ambruk. Selain itu, hak kepemilikan tanah "Pasia Maelo" atau pantai yang menjadi daratan terancam hilang, kata dia.

"Sebagian tanah di sekitar bibir pantai sudah bersertifikat, jika abrasi terus meluas maka hak kepemilikan secara otomatis hilang," ujar dia.

Ia menjelaskan apabila abrasi terus terjadi dan mengikis bibir pantai maka air laut langsung menghantam rawa yang berbatasan dengan pemukiman warga.

"Total kurang lebih ada 12 rumah warga di sekitar bibir pantai, sejak enam bulan terakhir abrasi sudah mengikis hingga 80 meter daratan," ujar dia.

Ia mengatakan di sekitar bibir pantai tersebut baru terpasang dua batu pemecah ombak, pihaknya memperkirakan setidaknya membutuhkan tujuh di sepanjang lokasi itu. (*)