PPDI Kenalkan Bahasa Isyarat Peringati Hari Tuli Internasional

id PPDI

PPDI Kenalkan Bahasa Isyarat Peringati Hari Tuli Internasional

Praktek Bahasa Isyarat oleh PPDI dalam peringatan Hari Tuli Internasional, di Bukittinggi, Minggu (Antara Sumbar/Ira Febrianti)

Bukittinggi, (Antara Sumbar) - Perkumpulan Penyandang Difabelitas Indonesia (PPDI) Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar), mengenalkan bahasa isyarat bagi warga dan pengunjung objek wisata Jam Gadang.

"Dalam rangka memperingati Hari Tuli Internasional, kami ingin memasyarakatkan bahasa isyarat," kata Ketua PPDI Bukittinggi, Ria Deviana didampingi Wakil Ketua PPDI setempat, M Taufik Hidayat di Bukittinggi, Minggu.

Dengan memasyarakatkan bahasa isyarat diharapkan dapat mempermudah interaksi antara rekan-rekan tunarungu dengan masyarakat lainnya.

Karena itulah kegiatan ini kami laksanakan di pelataran objek wisata Jam Gadang pada hari Minggu, saat di mana lokasi ini ramai oleh warga yang berakhir pekan.

Dalam pengenalan bahasa isyarat, anggota PPDI membagikan brosur alfabet isyarat dan mengajak pengunjung di Jam Gadang berinteraksi serta menyanyikan lagu Indonesia Raya menggunakan bahasa isyarat.

Pada kesempatan itu, PPDI Bukittinggi juga mengenalkan pada masyarakat mengenai penyebutan kondisi difabel.

"Selama ini orang menyebut disabilitas, yang berarti tidak bisa sama sekali. Seharusnya disebut difabel menandakan seseorang 'different' atau berbeda meskipun begitu dia tetap memiliki banyak kemampuan lain. Jadi jangan lagi disebut disabilitas," terangnya.

Salah seorang penyandang tunarungu, Desna(56) mengatakan menjadi tunarugu sejak usia sembilan tahun dan tidak sulit untuk belajar bahasa isyarat.

"Awalnya banyak komunikasi dengan gerakan tubuh diikuti bibir tetapi lama-lama menjadi terbiasa dengan bahasa isyarat seiring komunikasi sehari-hari bersama rekan," katanya.

Menurut salah seorang warga yang berkunjung ke Jam Gadang, Khair(18), dirinya antusias menyaksikan interaksi menggunakan bahasa isyarat.

"Jadi tau beberapa kata atau pertanyaan sederhana seperti 'Di mana rumahmu?'. Tapi yang penting ini mengingatkan bahwa kita sama, punya kelebihan dan kekurangan dan harus saling menghargai sesama," ujarnya. (*)